Pagi ini Laras sudah siap dengan pakaian kampusnya, setelah serapan pagi barang sekarang Laras mengekor Reno dari belakang.
Sampai ke depan mobil barulah mereka berpisah, gantuk masih Laras rasakan, bagaimana tidak gantuk Reno membuatnya terjaga sepanjang malam, sampai jam 11 malam barulah dia melepaskan Laras.
"A'a mau cari istri baru lagi nggak?" Tiba-tiba saja Laras gomong tanpa dipikirkan dahulu.
Reno yang lagi memanaskan mobil seketika beralih pandang pada sang istri, jangankan punya istri lagi melihat Reno jalan sama wanita lain saja Laras sudah cemburu buta. Laras kalau gomong memang tak pernah dipikirkan, dikata muda punya istri lagi, satu aja susah minta ampun.
"Mending kamu aja cari suami baru sana, A'a nggak ada selera buat cari yang lain lagi, satu aja cukup!" ucap Reno ternyata sama saja dengan istri.
"Huhu ... A'a, nggak asik diajak bercanda," gerutunya, lalu sibuk dengan ponsel miliknya.
Reno melirik Laras dari ujung matanya, lalu menegakkan tubuh agar bisa melihat apakah mobilnya mengeluarkan asap?
"Emang kamu mau punya madu?" Reno malah menanggapi ucapan Laras yang ngelantur.
"Yaudah nanti pulang singgah beli madu dulu ya, Laras pengen madu," balasannya tak sesuai dengan pikiran Reno, Reno pikir istrinya Laras akan menolak mentah-menta, ini malah wanita ini benaran mau madu.
Reno tahu madu yang dimaksud sang istri itu madu yang bisa dimakan, bukan madu istri kedua atau ketiga. Tak ingin berlanjut lagi, Reno menjalankan mobilnya, mobil mulai meninggalkan perkarangan rumah Laras dan Reno.
Jalanan yang mereka lewati tampak macet, biasanya tak pernah macet begini apa kerena sekarang hari Senin, hari sibuk makanya jalanan
jadi macet begini. Mungkin begitu!Reno menutup hidung ketika bau makanan pinggir jalan menerobos masuk, Reno yang hendak menaikan kaca mobilnya terhenti saat Laras tak ingin kaca tersebut ditutup, dengan alasan kalau ditutup sumpek. Jadilah Reno menjepitkan carinya ke hidung agar bau makan di luar tak tercium.
30 menit akhirnya mereka sampai juga, yang lebih membuat mereka berdua kaget Reno lupa menurunkan Laras ditempat biasanya, ini malah Reno bawah sampai parkir kampus.
"Ish! Kenapa nggak berhentiin Laras di tempat biasa?" sewot wanita itu tampak akan segera menangis.
Plak!
Reno menepuk jidatnya. "Aduh, Yang, A'a lupa nurunin kamu, maaf ya," ucapannya penuh dengan penyesalan.
"Laras turunnya gimana? Nanti ada yang lihat lo!" panik Laras melihat keluar, dan tampak banyak mahasiswa lain yang berlalu lalang. Oh! Habislah riwayatnya.
"Biar A'a yang turun duluan, nanti baru kamu lagi yang turun," bilang Reno menenangkan Laras.
Laras hanya setuju dengan ucapan Reno, Reno siap untuk turun, namun terhenti saat Laras memegang lengan kirinya, membuat Reno berbalik untuk melihat sang istri.
Tampaklah Laras dengan wajah cemberut melihat padanya, apa ada yang salah lagi? Itulah isi pikiran Reno sekarang.
"Cium dulu," rengek Laras semakin memajukan bibirnya ke depan.
"Dasar manja!"
Cup!
Reno langsung saja mengecup bibir sang istri setelah mendekatkan tubuhnya pada Laras, barulah wanita itu terlihat ceria kembali. Reno juga menyempatkan untuk mengusap rambut Laras sebelum benar-benar keluar dari dalam mobil.
Setelah Reno sudah agak jauh barulah Laras keluar, untung saja tak ada yang melihatnya keluar dari mobil Reno. Laras bisa bernapas lega.
Pung!
Jantung memompa kencang, tiba-tiba punggungnya ditepuk dari belakang. Dia ketahuan? Habis sudah Laras.
"Gapain lu masih di sini, Ras, lu nggak mau kena marah Pak Reno lagi kan?" Rani berjalan ke depan Laras tanpa dosa sedikitpun telah membuat Laras hampir jantungan.
"Bang'sat lu, Ran! Hampir terkena serangan jantung gue gara-gara lu," maki Laras tepat di wajah Rani.
Rani memundurkan wajahnya sedikit, bukan apa Laras gomongnya muncrat-muncrat cuy, mana baunya bau Sura lagi.
"Gomong jangan muncrat-muncrat gitu, gue udah mandi tadi pagi, nggak usah lu mandiin lagi," sewotnya, Laras hanya cengengesan saja, itu pembalasan kerena sudah mengagetkan Laras tadi, jadi impas.
"Udah ayok, jangan banyak omong!" Laras menarik Rani untuk berjalan.
Belum sampai mereka di kelas, tampak beberapa guru sedang memapah Reno menuju UKS, alhasil Laras yang melihat suaminya segera mengejar, sesampai di sana tampak Reno yang sedang tiduran di ranjang.
Laras mengintip dari kaca, tak mungkin untuk dirinya masuk. Rani ternyata juga ikutan dirinya, gadis itu tampak kesusahan sepertinya. Memang jendela UKS ini terbilang cukup tinggi, apa daya mereka ini yang pendek nan imut.
"Kami yakin Ren nggak mau pulang aja? Kondisi kamu kayaknya cukup parah gitu, wajah kamu aja pucat." Buk Nisa duduk di samping ranjang.
"Nggak usah, bentar lagi baikan." Reno mencoba menutup matanya.
Tadi tiba-tiba kepala Reno pusing bangat, dan perutnya juga terasa sangat mual, untuk berjalan ke lokal yang akan dia ajar aja dia tidak mampu, untung saja ada beberapa guru yang menahan tubuhnya saat akan jatuh dan membawanya ke sini.
"Yaudah aku tinggal dulu ya, Ren, kalau ada apa-apa telpon aja nanti," pamit Buk Nisa meninggalkan UKS.
Mereka terbirit-birit bersembunyi saat Buk Nisa keluar di ambang pintu, setelah Buk Nisa tak terlihat lagi mereka kembali mengintip ke dalam.
"Buk Nisa caper bangat ya," celutuk Rani berada di samping Reno.
"Tahu tuh, sok kecantikan! Padahal cantikan gue kemana-mana," bilang Laras tak percaya diri.
"Lu cantik? Gue beli semut yang paling besar di dunia, Ras," balas Rani mengejek Laras.
Brak!
Asik beradu mulut tanpa sengaja tangan Rani menyenggol kaca tersebut cukup kuat membuat bunyi yang juga cukup nyaring. Mereka berdua menunduk, tampaknya Reno tahu kalau ada yang sedang mengintip dirinya sekarang.
"Keluar!" suruh laki-laki itu dengan suara beratnya.
Kedua gadis dan wanita itu tak bergeming di tempat mereka bersembunyi. Laras masih menyerocos menyelamatkan Rani. Sampai akhirnya mereka memilih lari tunggang langgang dari sana.
Sedang di dalam, Reno yang mendengar langkah sepatu yang keras hanya bisa bernapas kasar saja. Dia kembali membaringkan badan, untuk istirahat sebentar saja masih ada saja makluk halus yang mengganggunya.
Laras dan Rani sampai juga di depan lokal, napas mereka berseru kencang. Terlihat di dalam anak-anak lainnya sedang sibuk sendiri, pasalnya tak ada Dosen yang akan masuk. Kerena dosen yang mengajar sekarang sedang terbaring di UKS.
"Hampir ilang napas gue, Ras!" ucap Rani, lalu mereka berdua masuk ke dalam lokal.
"Amin ...." Laras malah mengamini ucapan Rani, memang gendeng.
Keduanya duduk di tempatnya sendiri, Laras mengambil ponsel berada di dalam tasnya, bahkan tas masih dia sandang sampai kini.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...