Hari ini adalah hari bersejarah bagi Laras, dengan pakaian wisudanya Laras ikut bergabung bersama dengan Rani dan temanya yang lain. Dengan tertati-tati dia melangkah, tak ingin diketahui sedang hamil, untung saja kebaya yang Reno belikan tak mencetak perutnya.
Meskipun perutnya sudah meneledug Laras masih bisa berjalan normal, meski Reno sang suami sangat wanti-wanti terjadi hal yang tak diinginkan, bahkan Reno melarang Laras untuk hadir, namun Laras tetap lah Laras yang keras kepala.
"Lu baik-baik aja, Ras," bisik Rani yang menghampiri dirinya.
Rani membantu Laras untuk berjalan.
"Emang gue kenapa?" Laras tampak bingung akan maksud Rani.
"Lu kan lagi hamil besar, takut-takut kenapa-kenapa nantinya, gua nggak mau gagal jadi Tante ya, Ras," peringat Rani terdengar ngaur.
Laras menyikut pinggang Rani dengan sikunya, sahabatnya ini memang tak lihat situasi, bagaimana kalau ada yang denger? Bisa-bisa gawat, seharunya sebelum ini Laras berbicara terlebih dahulu pada Rani biar nggak sembarang berucap nanti.
Walupun disikut Laras, Rani tetap menyayangi wanita ini, lihat! Buktinya Rani masih mau memapah Laras, kalau dia benci sudah dia tinggal sedari tadi, maka Laras harus bersyukur punya sahabat sepertinya.
"Eh, sih cantik." Tiba-tiba Vano datang dari arah belakang sudah dengan pakaian lengkap.
Laki-laki itu berjalan di samping Rani, mengamati Laras yang tampak aneh, apalagi ditambah Rani yang membantunya berjalan, agak mencurigakan dipikir-pikir.
"Pagi," sapa Laras juga, sedangkan Rani masih tengsin.
"Lu kenapa Ras? Jatuh?" tanyanya sambil melihat ke arah kaki Laras barang kali ada luka.
Saat sadar Laras dan juga Rani mengikuti arah pandang Vano, dan detik berikutnya sadar bawah Rani masih menuntunnya untuk berjalan. Laras melepas paksa pegangan tangan Rani di tangannya, takut ketahuan.
Vano yang melihat gelagat aneh Laras semakin curiga. Pandangan mata Vano jatuh pada perut Laras, tampak berbeda. Vano berusaha keras untuk menebak apa yang mereka sembunyikan dari dirinya, Vano kepo.
'Kok gue jadi lupa,' batin Vano masih menatap Laras curiga.
"Lo kok kayak orang hamil sih Ras," sebut Vano tanpa pikir terlebih dahulu.
Plak!
"Shittt ...." Vano memegang bibirnya yang di tampar Rani.
"Lu punya masalah hidup apa sih sama gue? Gila lu, bibir gue sampai donger tanggung jawab lu," sewot Vano mengusap-usap bibirnya sakit.
Rani melotot pada Vano. "Itu hukuman kerena lu berbicara nggak dipikir dulu," ucap Rani tanpa dosa.
"Gue nggak papa kok, Van," bilang Laras sambil tersenyum kecil.
"Jangan senyum sama dia, Ras, nanti lu ketularan virus tuh orang!" peringat Rani, langsung mendapatkan tatapan maut dari Vano.
Vano memilih pergi, berlama-lama di sini bisa-bisa panas telinganya mendengar ucapan Rani yang terus-menerus menjelek-jelekkan dirinya, padahal Vano tak ada salah dengan tuh cewek kenapa setiap bertemu dengan pasti aja berantakan.
Rani dan Laras hanya melihat punggung Vano yang sudah menjauh, tak ingin mencegah, kerena memang lebih bagus kalau tuh cowok tak berdekatan dengan Laras, pasalnya Vano tampak curiga pada dirinya.
Pelan namun pasti aksinya sampai juga mereka di dalam aula, beberapa menit lagi acara wisuda akan dimulai. Laras dan Rani memilih duduk paling tengah, tak ingin terlalu di depan atau di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...