[50] Laki-laki Penggoda

696 18 1
                                    

Laras mencoba tersenyum dengan candaan laki-laki di depannya, ini. Entahlah siapa yang mengirimkannya Laras tidak tahu, yang jelas dia mencari Laras yaitu dirinya. Laras termenung, sampai-sampai laki-laki bernama Azka itu mengibas-gibaskan tangannya di depan wajah Laras.

"Saya temanya Kakak kamu, Alvin," ucap laki-laki itu lagi.

"Maaf, saya tidak punya Kakak bernama Alvin. Dan, asal ada tahu saya anak tunggal," cetus Laras yang mampu membuat laki-laki itu kebingungan.

"Salah rumah apa gue ya?" tanyanya pada diri sendiri. "Ah, kayaknya enggak. Emang ini deh, alamatnya juga tepat," menoloknya pada diri sendiri, hal itu menurut Laras lucu.

Laras hanya menyaksikan laki-laki di hadapannya yang tampak bingung, ternyata mengerjai orang itu seru juga. Apa lagi yang dikerjai bodoh begini tambah mudah Laras untuk membodoh-bodohi laki-laki tersebut.

4 detik!

6 detik!

9 detik!

"Hahah ... lucu bangat wajah lu, kayak orang linglung! Haha ...," katanya dengan tawa yang menggelegar.

Azka hanya tersenyum, ternyata gadis yang dikenal sahabatnya cukup menarik. Hem ... untuk pertemuan pertama sih, ok! Wajahnya juga imut, dan bibir yang pink alami terlihat seksi, sungguh sempurna.

Ternyata nggak sia-sia Azka mengambil libur hari ini, bisa bertemu bidadari kayak Laras Azka mah rela ngambil libur beberapa Minggu biar bisa berdua dengan wanita di depannya ini.

"Ternyata nggak sia-sia aku ngambil libur, ternyata gantinya ketemu sama bidadari cantik," gombal Azka sembari memberikan bunga tersebut pada Laras.

Laras melihat uluran bunga tersebut, Reno saja tak pernah memberinya bunga selama pernikahan, sekarang malah orang yang tak Laras kenal malah yang memberinya. Oh, Laras lupa, apa pentingnya dia bagi Reno.

Laras menoleh ke dalam, masih melihat kemesraan Reno dan Natalia. Lalu kembali wajah ke Azka, dengan yakin dia mengambil buket bunga dari laki-laki bernama Azka tersebut.

"Bunga cantik, untuk wanita yang cantik juga." Lagi, dan lagi Azka melancarkan rayuan mautnya.

Laras hanya bisa tersenyum kecil, sambil mengulurkan tangan. Azka melihat tangan yang Laras ulur, sungguh laki-laki yang teramat lucu.

"Nama gue, Laras," ujar Laras memperkenalkan dirinya.

"Nama yang bagus," puji Azka jujur.

Setelah perkenalan singkat keduanya, terjadilah aksi diam. Dengan Azka yang terus mengintip ke dalam, mungkin saja kepo. Laras yang melihat itu segera angkat bicara.

"Maaf, nggak bisa aja lu masuk. Di dalam ada pembantu gue sama suaminya yang lagi sakit, jadi takut nanti mengganggu," sesal Laras berpura-pura.

"Kamu baik bangat, sama pembantu aja perihatin!" puja Azka kedua kalinya, Laras hanya beroria saja.

"Ya sudah, kalau gitu aku pamit. Takut ganggu pembantu kamu sama suaminya yang sedang sakit, tapi sebelum pergi boleh dong aku punya nomor mu?" tanya Azka harap-harap pada Laras.

Azka mengeluarkan ponselnya, lalu menyodorkan ponsel tersebut pada Laras. Tampak Laras sedang berpikir, memberi atau tidak, biasanya Laras akan langsung menolak dengan alasan menjaga hati suaminya. Tapi sekarang masa bodoh, suaminya saja tak menjaga hatinya.

Laras mengambil ponsel tersebut, lalu menekan beberapa angka. Setelahnya memberinya kembali pada Azka, Azka memangil nomor tersebut. Membuat Laras langsung melihat ponselnya yang berdering, dan terdapat nomor yang di kenal olehnya.

Laras menatap Azka bingung, padahal dia sudah memberi nomornya kenapa laki-laki ini malah menelpon.

"Memastikan, barang kali yang kamu kasih ke aku nomor polisi!" cetusnya.

"Benar kan? Bukan nomor polisi?" Laras hanya beroria saja.

"Benar! Oky, aku pamit, sampai jumpa lagi cantik," pamit Azka menyempatkan mencolek dagu Laras.

Hal itu membuat Laras kaget, bisa-bisa laki-laki ini mencolek dagunya padahal tak ada yang berani kecuali yang terdekat saja. Setelah mencolek dagu Laras, Azka berlari takut diamuk wanita itu.

Setelah Azka tak terlihat lagi, Laras menutup pintu lalu masuk ke dalam rumah. Menuju kamarnya untuk meletakkan buket bunga dari Azka, kerena kamar Laras harus melewati meja makan dengan terpaksa harus tetap melangkah.

"Dapat buket dari siapa? Udah mulai muncul ya, sifat jalang kamu!"

Perkataan Reno membuat Laras berhenti dengan tangan yang mengepal buket bunga tersebut terlalu kuat, tak ada yang berani bilang begitu padanya. Dan tiba-tiba saja suaminya yang telah selingkuh, mengata-ngatai dirinya.

"Tentu saja dari orang spesial, sebelum gataiin orang jalang. Mending urus dulu tuh jalang ya, yang manja ... nanti lecet, kan biasa perawatannya mahal, kalau nggak perawatan nanti kelihatan tuanya," ledeknya, kemudian pergi.

"Sayang!" rengek Natalia yang dikata-katain oleh Laras.

"Sabar Sayang, kamu jangan dengarin kata-kata dia. Kamu itu cantiknya alami," hibur Reno selembut mungkin.

Laras yang masih bisa mendengar, menirukan ucapan Reno dengan gerakan bibirnya. Memang tidak salah Laras mengatai pelakor Reno manja, mendengar suara wanita itu saja membuat perut Laras diaduk-aduk rasanya.

Sesampai di dalam kamar Laras, bingung harus meletakan buket bunga ini di mana. Memang laki-laki aneh, namun lucu. Mendengar ucapannya membuat hati Laras yang tadi sedih membaik sedikit.

"Tarok di mana ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Akhirnya Laras meletakan bukit tersebut di meja belajar. Kemudian duduk di ranjang sambil rebahan. Asik rebahan tiba-tiba ponselnya berdeting.

Ting!

Laras menggerutu, siapa lagi yang menganggu ketenangannya. Walaupun kesal Laras tetap mengambil ponsel tersebut, dan ada satu pesan masuk ke aplikasi WhatsApp-nya.

[Bunganya disimpannya, jangan dibuang!]

Itulah isi pesan dari sang pengirim, Laras langsung langsung melihat buket yang berisi bunga tersebut.

[Maaf, Anda siapa ya?] tanya Laras pura-pura lupa.

[Yang tadi!]

[Yang tadi? Yang tadi apa ya?] Laras lagi-lagi pura-pura lupa.

[Yaudah kalau memang lupa kita kenalan lagi aja ....]

Kali ini Laras benar-benar tertawa kencang, asik juga mengerjai Azka. Laras jadi ketagihan, bodohnya nggak ketulungan. Laras menutup mulutnya dengan tangan.

[Bercanda.]

[Iya, tahu!]

[Tahu apa?]

Laras kembali membalas, sedangkan Azka di seberang sana menahan senyum setiap balasan dari Laras. Dia bukanya bodoh, dia hanya suka menggoda wanita itu.

[Tahu kalau kamu jodohku!]

Brung!

Brung!

Laras yang ingin membalas terhenti saat pintu kamarnya dipukul kuat-kuat dari luar, membuat dia langsung menole ke arah pintu.

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang