[69] Tusuk Lobang?

957 6 0
                                    

"Aish! Aku kan cuma bercanda, Ren, kenapa kamu malah benaran ngerepotin aku?" kesal Nisa membantu Reno untuk berjalan.

Dengan sedikit kesusahan Nisa memapah Reno menuju mobilnya, niat ingin mengerjai Dosen dingin ini malah dirinya yang jadi direpotkan. Nasib buruk apa dia harus bertemu Reno di sini, niat ingin menjemput sang Kakak malah dia urungkan sekarang malah menjadi mengantar Reno pulang ke rumahnya.

Nisa bukan wanita yang jahat, meningalkan Reno di club' itu sendirian, dan berakhir menjadi gelandangan nantinya.

Brung!

Setelah membuka pintu, Nisa mendorong Reno masuk ke kursi penumpang, menidurkan laki-laki itu dengan benar di sana, setelahnya dia berputar dan masuk ke arah kemudi.

"Punggungku jadi sakit, makan apasih Ren sampai berat bangat," keluhnya mulai menjalankan mobil.

Sepanjang perjalanan Nisa memantau Reno dibalik kaca atas kepalanya, takut laki-laki itu melakukan hal aneh semacam mengecik lehernya dari belakang, atau terjun dari mobil.

Sepanjang perjalanan Nisa selalu memantau, mendengarkan laki-laki itu yang terus meracau tidak jelas, kandang tertawa dan kadang-kadang memaki, entah siapa yang dia maki.

Nisa membelokkan mobilnya menuju rumah Mama Reno, setelah beberapa lama menyetir Nisa sampai juga di depan rumah Reno. Sedikit mengelakson membuat satpam yang berjaga di depan rumah Reno keluar dari tempatnya.

Satpam itu tampak terburu-buru membuka pintu, Nisa membuka kaca mobilnya. "Pak, tolong bukain pintunya, saya bawah Reno!" minta Nisa pada satpam itu.

Satpam itu tidak mendengarkan ucapan Nisa, dia malah mendekat, perasaan Pak satpam tak mengenal wanita ini jadilah dia ragu untuk membukakan pintu, mana tahu wanita ini perampok dan membawa beberapa anggota di dalam mobilnya.

Marasa tak dikupris, Nisa turun dari mobilnya lalu membuka pintu penumpang, dan tampaklah Reno yang dalam keadaan sangat mengasihankan, Nisa mengambil Reno, meletakan di bahunya.

"Astagfirullah Den Reno!" ucap Pak satpam itu melihat Reno yang ditarik keluar dari dalam mobil.

Bruk!

"Nih Pak, kalau nggak percaya. Tolong bawah Reno-nya masuk, bilangin nanti kalau bangun jangan lupa berterima kasih sama Nisa." Setelah memberikan Reno pada Pak satpam Nisa kembali memasuki mobil.

Pak satpam merasa tak enak hati kerenan mencurigai wanita itu, ingin meminta maaf namun mobil Nisa terlebih dahulu berjalan meninggalkan dirinya. Pak satpam melihat Reno yang ada di dalam rangkulannya.

"Kalau mabuk yo jangan bikin repot orang toh, Den," bilangnya pada Reno yang terlelap.

Pak satpam membawa Reno masuk, lalu menutup pintu dengan kakinya. Saat memasuki rumah tiba-tiba saja Reno berucap padanya sambil memukul bahunya cukup kuat.

Pung ... pung ....

"Pak Mamat, nanti kalau Laras datang nyariin Reno usir aja ya, bilang sama Laras kalau suaminya gambek sama dia," sebut Reno mengangkat kepala di bahu satpam bernama Mamat itu.

Kerena pergerakan Reno yang cukup lasak, hampir saja membuat laki-laki itu terjatuh. Namun, Pak Mamat menahan dengan merangkul Reno kuat agar tubuh lemah itu tak terjatuh ke lantai.

"Den, jangan banyak gerak, nanti Den Reno jatuh!" peringat Pak Mamat yang percuma saja.

Reno pun tak mendengar ucapannya, malahan laki-laki itu kembali mengangkat kepalanya di bahu Pak Mamat.

"Benaran ya, Pak Mamat, bilang sama Laras." Mamat sudah pasrah dengan majikannya ini.

Sesampainya di dalam ternyata Elena dan suaminya masih terjaga, mereka panik saat melihat satpam rumahnya memapah Reno masuk, dengan langkah tergesa-gesa mendekati Reno.

"Pak Mamat, apa yang terjadi sama Reno? Kenapa Reno sampai begini?" Suara panik Elena terdengar cemas pada Reno.

"Saya nggak tahu Nyoya, tiba-tiba saja ada seorang wanita mengantar Den Reno sudah dalam keadaan begini," jelasnya.

"Ada-ada saja!" Papa Reno mengambil ahli, memapah Reno menuju kamarnya.

Sedangkan Larasati membuka  sendang yang Reno pakai, sekarang posisi Reno tiduran di ranjangnya. Elena yang tak sabaran setelah menyelimuti Reno segera menuju kamarnya untuk mengambil ponsel.

Tentu saja kalian tahu apa yang akan Elena lakukan, ya, benar dia menelpon Laras. Setelah menelpon Laras Elena kembali ke kamar anaknya, tampak sang suami yang berpangku tangan menatap sang anak, Reno.

Elena ikutan berpangku sambil melirik Reno. "Gomong-gomong ada masalah apa ya Pa sama mereka?" celutuk Elena tak tahan lagi.

Elena sudah tahu pasti penyebabnya Laras, istrinya. Siapa lagi yang bisa membuat batu ini begini kalau bukan istrinya sendiri.

"Biasalah Ma, anak mudah," jawab sang suami dengan gampang.

Bung!

Larasati memukul punggung suaminya dengan pergelangan tangan, membuat laki-laki itu langsung beralih padanya.

"Mau adu kekuatan, Ma? Jangan di sini, lesgo ke kamar!" tantang Papa Reno pada istrinya.

"Oke, siap takut." Sambil memperlihatkan kekuatan otot leganya.

Tanpa aba-aba sang suami menarik Elena secara paksa, Elena yang belum siap mencoba menggapai apa saja yang bisa menyelamatkan dirinya, namun sia-sia saja suaminya terlalu kuat untuk dia lawan.

Niat ingin bermain-main pada sang suami malah dirinya yang terjebak sendiri, Elena tahu apa yang bakal terjadi. Apalagi setalah sang suami menutup pintu kamar rapat-rapat.

Sedangkan di dalam kamar Reno Laras sudah datang, wanita itu memangku dagunya menatap Reno yang tertidur, berhubungan mereka tetanggaan jadi tak butuh waktu lama, meski dipisahkan beberapa rumah tetangga lainnya.

Mengamati setiap ekspresi Laras yang menurutnya lucu, kadang mengkerut kadang terlihat masam. Hal itu membuat Laras memiliki ide jahil. Dia mengambil roti yang dia bawah membukanya, lalu memasukan ke dalam mulut Reno.

"Aaaa ...." Satu persatu roti itu masuk ke dalam mulut Reno, Laras pikir Reno akan membuangnya da kemudian terbangun.

Namun, Laras salah Reno masih setia menutup mata sambil mengunyah roti pemberian Laras, sampai pada suapan terakhir Reno belum juga terbangun. Laras kembali menatap dalam diam, beberapa lama menatap dia jadi bosan sendiri.

Tiba-tiba saja bau farfum yang tak dia kenal tercium dari tubuh Reno, membuat Laras terbelalak, dengan cepat-cepat naik ke atas tubuh Laras.

"A'a, bangun!" pekik Laras.

Laras mengucang-guncang tubuh Reno, yang membuat laki-laki itu terganggu dan akhirnya memilih membuka matanya.

"Ayo bilang tadi A'a sama siapa?" tuding Laras.

Reno yang melihat ada gadis berada di atas tubuhnya dengan posisi mengangkang, tak tahu apa yang terjadi, dirinya masih dalam keadaan mabuk, mendorong Laras sedikit kuat membuat Laras terjengkang ke kaki Reno. Reno memukul-mukul kepala.

Laras kembali bangkit, dan kembali mendudukan tubuhnya di atas perut Reno.

"Farfum siapa ini A'a? Bilang sama Laras, gadis mana yang tadi sama A'a ... A'a! Ayok bilang, biar Laras tusuk lobang ya sampai darah, biar kapok," sebut Laras ngawur bercampur dengan marah.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang