Reno melangkah tergesa-gesa, rasa kuatir membuatnya kehilangan akal. Sampai-sampai saat berpapasan dengan beberapa mahasiswa, dan mahasiswa tersebut menyapa Reno ramah, Reno mengabaikan.
Pikirannya hanya ada Laras sang istri tercinta, bagaimana keadaan wanita itu sekarang. Apakah ada luka di tubuhnya? Atau hal-hal lain yang membahayakan keselamatan wanitanya.
Sampailah Reno pada ruangan bertuliskan UKS, tanpa mengetuk Reno langsung masuk. Mencari kesan kemari keberadaan istrinya itu berada.Sampailah pada ruangan paling ujung, bisa dilihat oleh Reno di sana juga ada Rani sahabatnya Laras. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Masuk atau pergi?
Reno mengintip dari luar, bisa Reno lihat Laras sedang berbaring di brangkas. Disampingnya Rani yang menemani istrinya itu.
Keadaan Laras baik-baik saja tampaknya, syukurlah kalau begitu Reno tidak perlu masuk, di sana juga ada Rani yang menemani. Kalau dia masuk bisa-bisa mahasiswa lain binggung kenapa dia peduli pada mahasiswa yang bernama Laras itu.
Reno memilih untuk memutar tubuhnya, lalu meninggalkan ruangan UKS tempat dimana Laras istrinya beristirahat. Reno melangkah santai keluar dari UKS, saat berpapasan dengan beberapa mahasiswa Reno hanya diam saja.
Rani berada di dalam ruang bersama sahabatnya itu, mengeleng-gelengkan kepala. Rani sudah sedari tadi menyuapi Laras agar memakan makanan yang dia beli, sayangnya Laras engan untuk membuka mulutnya.
"Ayok lah Ras! Makan dikit saja," bujuk Rani dengan menyodorkan sendoknya ke depan mulut Laras.
Laras tetap menolak, perutnya tidak merasa lapar sama sekali. Pikirannya kosong, keceriaan yang dulu lenyap sudah dibawa angin duka.
"Laras cantik, baik hati. Makan dikit saja! Perut lo belum ada isinya, 'kan sedari tadi?" bujuk Rani berusaha melembutkan katanya.
Laras menatap Rani. "Meningan lu kasih gue Racun baru gue mau makan, Ran!" celutuk Laras asal, entah kenapa kata mati tergiang-giang dipikirannya begitu saja.
Tak!
"Awkk! Apaan sih lu, Ran?!" kesal Laras saat kepalanya di jentik oleh Rani cukup kuat.
Rani menatap sahabatnya itu horor, begitu mudahnya Laras bilang begit. Apakah sahabatnya ini ingin mati apa, dipikir mati enak kalinya.
"Bukan otak lu aja yang rada konslet, tapi pemikiran lu juga, lu pikir mati itu enak? Kalau enak mah gue mau juga kalau gitu!" cerocos Rani gemas.
Sedangkan yang sedang dinasehati hanya beroria saja, memang hidup sahabatnya ini terlalu santai sekali. Nggak kayak hidupnya banyak beban, beban perasaan. Wkwkwk!
"Barang kali aja dengan mati bakal ketemu sama Taehyung balas Laras seadaanya.
"Aduh Laras! Anggota BTS yang lu sebut itu masih hidup semua, makanya jangan mikirin Pak Reno Mulu de lo! Kan gini jadinya!" peringat Rani dengan mata tajamnya.
Mendengar nama Reno hati Laras kembali sakit, dirinya sangat merindukan suaminya. Biasanya jam segini dia berada di ruangan laki-laki itu untuk mengganggu ketenangannya.
Sekarang mendengar namanya saja sudah membuat mood Laras memburuk, bukan moodnya aja hatinya ikut memburuk.Laki-laki itu bahkan tidak melihat keadaan, Laras tahu Reno pasti sudah mendapatkan kabar dirinya masuk ruang UKS.
Apa mungkin selama ini hanya dia yang mencintai Reno? Sedangkan Reno terlihat biasa-biasa saja, bahkan Laras sanggup menahan malu atas cintanya pada Reno.Semua penghuni kampus sudah tahu Laras menyukai laki-laki itu, dan tanggapannya cuma acuh tak acuh. Laras masih memaklumi kalau sikap Reno begitu karena menjaga rahasia pernikahan mereka.
Apa jangan-jangan Reno malu menganggap dirinya sebagai istri, makanya Reno merahasiakan pernikahan mereka. Sungguh malang nasib Laras kalau benar begitu, cinta sendiri itu sakit.
"Ras! Ras! Lah malah melamun ni anak." Rani mengibaskan tangannya di depan wajah Laras yang melamun itu, Rani berdecak kesal.
Kebiasaan Laras kalau di ajak gombrong malah melamun, padahal Rani sudah berbicara panjang lebar sampai-sampai mulutnya berbusa sakin panjang yang di ucapannya.
Laras kembali sadar, tangannya menghalau tangan Rani yang mengayun-ayun di depan matanya. Semenjak memergoki Reno selingkuh Laras suka duduk sambil melamun."Gue mau ke kelas," ujar Laras lalu bangkit dari baring.
"Lu kan belum sehat betul Ras! Mendingan tunggu beberapa jam lagi de. Gue takut nanti lu pingsan lagi!" larang Rani mencoba menahan tangan Laras.
Tetap saja Laras kekuh dengan kemauannya, sekarang wanita itu sudah berjalan meninggalkan Rani yang terdiam di tempatnya.
Rani tidak habis pikir kenapa sahabatnya ini keras kepala betul. Membuat Rani susa saja, untung saja Rani orangnya baik. Kalau nggak udah dibuang Laras dalam tong sampah depan UKS."Ras tungguin gue Napa!" teriak Rani menyusul Laras yang sudah agak jauh dari ruang UKS.
"Jalan lu kayak ciput ngesot tahu nggak?!" teriak Laras tidak kalah kencang, untung saja UKS ruangannya agak jauh dari kantor.
Sudah di pastikan kalau mereka berada di kantor, siap-siap bertemu dengan Buk BK, yang nggak minta ampun itu.
"Ras! Lu kan lagi sakit kok cepat bangat jalanya?" tanya Rani heran.
Bukanya orang sakit itu akan lemas, berbeda dengan Laras yang sekarang berjalan seperti di kejar anjing.
'Hati gue yang sakit bukan kaki gue!' batin Laras.
Akhirnya Rani bisa mengimbangi langkah Laras, Rani berada di sampingnya dengan napas yang ngos-ngosan.
"Aduh Ras, capek gue ngejar lu!" keluh Rani mencoba mengambil napas banyak-banyak.
"Siapa suruh ngejar gue coba?!" bilang Laras cuek bebek.
Rani hanya beroria saja dengan pertanyaan Laras.
"Eh, Ras! Itukan Pak Reno, ngapain dia sama buk Nisa ya?" tanya Rani sambil menunjuk kedua orang yang berada di kantin kampus.
Berhubung jalan yang mereka lewati harus melewati Kanti jadilah Rani melihat Pak Reno sama Buk Nisa.
"Mana gue tahu! Nggak penting juga buat gue." Laras kembali berjalan setelah tadi berhenti sejenak untuk melihat telunjuk Rani mengarah ke kantin.
'Tumben nggak marah!'
Bersambung..
![](https://img.wattpad.com/cover/324339189-288-k13469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...