[26] Kemarahan Laras

1.4K 32 0
                                    

Brak!

Laras melempar tasnya asal-asalan, tubuhnya dia telungkup kan di atas kasur empuk milikinya dan Reno. Air mata secara perlahan meluncurkan begitu saja pada pipi tirusnya, sakit tubuhnya tidak sebanding sakit di hatinya.

Laras memukul-mukul kuat dadanya berharap itu bisa menghilangkan rasa sakit yang menusuk semakin dalam. Bahkan Laras sudah meremas rambutnya dengan kasar, batin Laras tersiksa.

Pelaku atas rasa sakitnya mungkin sedang tertawa di atas luka, sudahlah luka di siram air jeruk rasanya tidak bisa dibayangkan oleh Laras rasa sakitnya, membuat Laras hilang akan atas semua.

Matanya mengelap, tangan terkepal ingin mencakar-cakar siapa saja yang ada di depannya. Setan sudah merasuki tubuhnya, hingga tanpa sadar Laras mengambil gunting yang berada di lemari.

Tangan Laras menggunting-gunting kain sprei, menusuk-nusuk bantalan hingga membuat bantal berhamburan, bukan saja bantal barang-barang di dalam sana sudah berantakan.

Tok! Tok!

Pintu di ketuk dari luar, Reno yang baru pulang merasa binggung dengan pintu kamar yang terkunci, menggetok pelan pintu itu sebanyak dua kali.

Brak!

Barang-barang yang ada di lemari belajar terbanting dengan kuat saat Laras menghantam tangannya. Darah segar perlahan mulai keluar, Laras tidak merasa sakit sedikitpun.

Sekarang Laras berpindah ke meja yang berada di samping ranjang, rambut panjangnya sudah sangat berantakan akibat terlalu bergerak berlebihan.

Byar!

Dengan sapuan tangan semua barang-barang di atas meja mini itu langsung berhamburan, Laras masih belum puas. Amarah Laras tidak bisa di bendung begitu saja, dia butuh sesuatu yang bisa membuat hatinya kembali tenang.

Air mata sudah meleleh sampai-sampai membuat cemong wajah cantiknya, Laras mengaruk-garuk kuku panjangnya pada lengan yang satunya lagi.

Seketika bekas merah langsung terlihat, bersamaan garis-garis yang juga mengeluarkan darah akibat kuku panjangnya.

"Yang!" panggil Reno dengan suara besarnya.

Laras melirik kearahnya pintu, senyuman terbit di wajah cantiknya. Laras perlahan berjalan kearah pintu, berdiri didepan pintu.

Reno binggung harus berbuat apa, apa istirnya ada di dalam atau tidak? Atau jangan-jangan istrinya dalam keadaan bahaya?! Tanpa pikir panjang Reno mengambil ancang-ancang untuk menobrak pintu.

Mundur 5 langkah, lalu berlari dengan gerakan cepat kearah pintu. Dan ....

Bug!

Belum terbuka, Reno kembali mudur beberapa langkah. Bersiap lagi untuk menghantam pintu di depannya, Reno menarik napas dalam, membuang kasar sebelum kembali berlari kearah pintu.

Bug!

Masih belum terbuka, tubuh Reno agak sakit saat tubuhnya mengenai pintu, baiklah Reno mengerahkan kekuatannya seutuhnya supaya pintu itu terbuka.

Bug!
Cret!

"Akhh!"

Bertepatan pintu terbuka, Laras berlari kencang juga kearahnya. Lalu menusuk gunting di tangannya tepat mengenai lengan laki-laki itu.

Reno berteriak agak beras, gunting itu melukai lengan kekarnya. Reno menatap sang istri dengan horor, tangannya memegang lengan yang terluka.

"Apa yang kamu lakukan, Laras?!" tanya Reno dengan raut marahnya, Laras yang di bentak seketika mundur beberapa langkah.

Tangan kembali keluar dari bibirnya, Laras menjatuhkan gunting di tangan. Entah apa yang dia lakukan sampai-sampai berbuat begini pada suaminya sendiri.

Laras tadi tidak bisa berpikir dengan jernih, yang dia inginkan hanya menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dan saat itu pula Reno datang membuat pikiran-pikiran kotor langsung meminta Laras untuk melakukan ini.

Laras menatap tangannya sendiri, ingin Laras menghilangkan tangan yang sudah melukai Reno sang suami.

Laras mundur, membawa tubuhnya ke samping tempat tidur. Lalu duduk dengan membenamkan kepalanya antara dua kakinya.

"Hiks, hiks, hiks, hiks ...." Tangis Laras semakin menjadi-jadi, wajahnya tertutup rambut panjang.

Reno kebingungan dengan sikap Laras, tadi memang dirinya marah pada istrinya. Melihat tanggapan Laras seperti itu membuat Reno kasihan.

Reno mendekati istrinya, berjongkok di antara dua kaki Laras. Laras masih menangis, dan tidak mau melihat kepadanya.

"Hiks, m–maaf! Hiks, hiks," ujar Laras terbatas-bata.

"Hay, A'a nggak marah kok, Yang!" Reno mengangkat rambut yang menutupi wajah Laras.

Laras mengeleng kepala masih dengan tangis.
"Tapi, hiks ... kan aku s–udah melukai A'a," ucap Laras lagi dengan Sura semakin menghilang.

Reno bingung dengan sikap istrinya, mengapa kamar mereka bisa begini? Dan tadi aksi Laras yang melukai dirinya, bukankah aneh?

"Sudah-sudah, aku baik-baik saja." Reno membawa tubuh yang terisak itu dalam dekapannya.

Laras masuk dalam pelukan sang suaminya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Reno.

Reno menepuk-nepuk pelan punggung Laras, mencoba untuk menenangkan istrinya itu.
Setelah beberapa menit Isak tangis Laras mulai kurang, Reno mengangkat wajah istrinya.

"Kamu kenapa?" Reno menghapus air mata Laras lembut.

Laras terbuai dengan perhatian Reno, seketika dia kembali di tampar keras oleh kenyataan.

"Nggak papa," jawab Laras mencoba untuk menyembunyikan lukanya.

Reno yang dasarnya peka, tidak akan mudah percaya begitu saja dengan ucapan istirnya.
Laras mengangkat wajah Laras mendekat pada wajahnya, menatap seksama kedalam mata sang istri.

"Ada apa?" tanya Reno lagi.
Laras mengeleng kepala, pertanda dirinya baik-baik saja.

"Laras! Istriku, ada apa, Sayang?!" tanya Reno kembali dengan sedikit tekanan pada kalimatnya.

Laras ingin tertawa saat Reno mengucapkan itu, namun sulit untuknya tertawa dalam kondisi begini.

Laras menggerak-gerakkan boleh matanya, menatap ke sekitar kamar yang di berantakan oleh diri Laras sendiri.

Ternyata begitu dahsyat kemarahan Laras, melihat kondisi kamar yang sudah acak-acakan.

"Yang! Ada apa dengan mu?!"

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang