[35] Diam-diam Cemburu

772 15 0
                                    

Wanita yang sekarang posisinya tidak jauh dari Reno dan Nisa menatap bak api membara yang siap membakar di sekelilingnya.

Tak!

Tak!

Dengan kaki yang sedikit dihentak Laras melanjutkan langkah setelah memutar tubuh, Vano yang berjalan di sampingnya menatap bingung Laras.

Lihatlah, lihat sekarang kepala laki-laki itu sudah menunduk untuk melihat raut wajah Laras dan benar saja terlihat seperti kain kusut.

"Astaga ...." Kekagetan itu membuat keduanya mengelus dada, tiba-tiba saja Laras menoleh dan itu membuat Vano kaget yang membuat Laras ikutan kaget.

"Kamu kalau mau berpaling kasih kabar dulu kek, Ras, jangan asal aja. Nih kaget melihat wajah cantikmu," gombal Vano yang malah mendapat tatapan tajam.

Cih! Mana ada wajah cantik malah nakutin, Vano ini pandai sekali membuat.

"Ras, Larasss! Cieee ... lagi ngelamunin siapa tuh? Pasti lagi ngelamunin Babang Vano ya, 'kan?" Vano malah meng cie-cie kan Laras yang ditanggapi polototan oleh Laras sendiri.

"Diam nggak! Nggak diam gue ngali kuburan lu di sini sekarang!" ancamnya yang mampu membuat Vano terdiam sepi.

"Tega bangat calon istri gu ...."

Plak!

Belum selesai Vano berbicara tangan mungil Laras sudah singgah di pundaknya cukup keras yang mampu membuat pundaknya sedikit bergetar.

"Mereka romantis ya, Ren," kata Nisa tiba-tiba, Reno yang mendengar itu tiba-tiba saja tidak suka Nisa berada di sampingnya.

"Kalau mereka nikah pasti anak mereka nanti lucu-lucu sama ganteng-ganteng," kata Nisa dengan entengnya.

"Uhuhk!" Tetiba saja Reno batuk-batuk gara-gara ucapan Nisa, ingin sekali Reno menceburkan wanita di sampingnya ini ke dalam lautan luka dalam biar metong.

"Kamu nggak papa kan, Ren? Ada yang sakit?" tanya Nisa yang memegang belakang leher Reno.

Plak!

Refleks laki-laki itu menyingkirkan tangan Nisa yang berada di lehernya, jangan sampai singa di depannya berbalik dan menghantam kepalanya dengan pukulan mungil istrinya itu.

Mimpi apa dia semalam harus bertemu Nisa, entah kesialan mana yang mendatangi pagi-pagi begini sampai-sampai harus mendengarkan kata-kata tak pantas tersebut.

'Hati ku yang sakit, Nis! Lebih baik kamu diam aja dari pada menyulutkan per-peragan ku dan Laras!' batinnya miris.

Sesampainya di ruangan, Reno cepat-cepat meninggalkan Nisa sampai gadis itu melihat punggungnya agak lama.

***

Pelajaran hari ini berjalan dengan lancar, di mana Reno fokus menjelaskan. Namun, matanya tak luput dari pada wanita yang duduk bersender pada dinding. Sesekali wanita itu menguap dengan tangan menutup mulut.

"Ish! Vano, jangan usil bisa?" kesalnya saat rambutnya dimainkan oleh Vano yang duduk di belakangnya.

"Rambut kamu halus bangat, Ras, pasti sering dirawat," katanya kagum.

Laras tampak tertarik dengan ucapan Vano, tanpa sadar tubuhnya sudah mereng menghadap Vano.

"Gue pakai sampo sunsil, harum kan? Coba lu pakai itu juga," kata Laras penuh minat.

"Pantasan! Gue juga pakai itu ... oh, jangan-jangan kita jodoh lagi, bisa sama gitu." Dan lagi-lagi Vano bisa-bisa saja mengombal ditengah pembicaraan.

"Heheh, iya kayaknya," balas Laras yang tampaknya ikutan gila seperti Vano.

Keduanya menyengir tanpa sadar seseorang sedang berjalan ke arah mereka, entah kapan Reno melangkah laki-laki itu hampir sampai pada istrinya. Dulu Laras duduk paling depan, sekarang gadis itu pindah tempat, mungkin untuk mendekati laki-laki di belakangnya. Itulah isi pikiran Reno sekarang yang tiba-tiba saja menyulut api cemburu.

Tang!

Reno mengetuk meja tersebut membuat keduanya kaget. Dan, langsung melihat siapa pelakunya.

"Asik bangat kayaknya  sampai-sampai saya menjelaskan di depan kalian abaikan!"

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang