[7] Kebodohan Laras

2.4K 55 0
                                    

"Ran, balikin!" pekik Laras mencoba mengambil celana dalam yang di pegang Rani. Rani yang belum mendapatkan jawaban tidak akan memberikan celana di tangannya.

"Jawab dulu, ini celana siapa? Baru gue balikin Ras!" pekik Rani untuk sekian kalinya, Laras diam tidak ingin menjawab pertanyaan dari Rani sahabat laknat yang membuat malu dirinya.

Bagaimana tidak malu, Rani mengangkat tinggi-tinggi celana yang di pegang gadis itu, bahkan kawan-kawannya yang lain menahan tawa atas tingkah mereka berdua.

Tanpa mereka sadari seseorang sedang berjalan kearah kelas mereka, seseorang itu semakin dekat dengan lokal Laras dan Rani. Tiba-tiba saja pintu dibuka dengan sangat keras oleh orang tersebut.

Brak!

Laki-laki itu memandang tajam kearah Laras dan Rani sebagai pelaku. Rani dan Laras yang ditatap begitu menciut di tempat mereka berdiri dengan posisi tangan Rani terangkat ke atas dan tangan Laras mengapai-ngampai tangan Rani.

Reno menatap mereka silir berganti, memberikan tatapan marah nan dingin. Namun, matanya menatap aneh ke Rani yang memegang sesuatu.

Rani yang paham secepatnya kilat memberikan celana di tangannya kembali kepada Laras, Rani memundurkan tubuhnya membiarkan Laras masih dengan keterkejutannya.

Laras memegang erat celana dalam yang di pegang olehnya, melihat Reno sang pelaku tendangan pada pintu kelas. Laras semakin memegang celana di tangannya semakin erat saat Reno berjalan kearahnya.

"Apa lagi ulah yang kamu buat?" tanya Reno dengan wajah datar plus dingin yang di milikinya.

Laras terlonjat kaget atas pertanyaan yang di berikan secara tiba-tiba.

"Hem ... hem ... i--itu, it--itu Pak," jawabnya terbata-bata. Laras melirik ke depan, ternyata Rani sahabat membiarkan dirinya dalam bahaya sendiri.

Laras menatap ke arah Rani yang telah duduk di tempat, Rani memberikan isyarat dengan matanya agar Laras cepat-cepat pergi ke tempatnya. Laras yang memang bodoh dari ononnya malah menganggap isyarat yang diberikan Rani sebagai ejekan.

'Rani sialan!' maki Laras dalam hati paling dalam.

Laras kembali menghadap Reno yang mengalihkan tatapannya ke arah tangan Laras, Laras yang melihat itu juga menatap kearah tangannya sendiri.

'OMG!' pekiknya tertahan di tenggorokan.
Dengan secepatnya Laras menyembuhkan tangan yang memegang celana Reno di balik punggung gadis itu. Reno yang melihat itu menaikan alisnya bertanya-tanya.

"Apa yang kamu sembunyikan di balik punggung mu?" tanya Reno melihat dengan ekor matanya ke belakang tubuh Laras.

Laras gugup ditanya begitu oleh Reno, Laras mengalihkan tatapannya dengan menatap sekeliling kelas untuk mencari alasan yang tepat di berikan ke Reno.

"Hay, saya bertanya apa yang kamu sembunyikan?!" tanya Reno lagi setengah membentak agar gadis itu tidak terlalu banyaknya melamun.

"HA! INI CUMA CELANA DALAM, PAK!" pekik Laras kencang dan lancar, yang otomatis membuat semuanya tertawa kencang.

Reno sok menatap kearah Laras yang sudah menutup mulutnya dengan tangan sendiri. Matanya menatap horor kearah belakang tubuh Laras, sekarang Reno paham apa yang sedang Laras dan Rani perebutkan sedari tadi, hingga menciptakan kebisingan.

Laras memasang wajah imut se imut mungkin, memberikannya kepada Reno yang sok.

Teng!

'Alhamdullilah,' batin Laras bersyukur kerena jam pelajaran kampus telah selesai, kelas yang seharusnya mereka ikuti dengan Pak Dendi harus di sia-siakan karena Bapak itu tidak hadir pas jam kampusnya.

* * *

Prak!

Laras melempar celana Reno tepat mengenai pemiliknya, Reno menatap binggung istrinya yang ingin marah-marah.

"Kenapa celana A'a ada di dalam tasku?" tanya Laras dengan wajah kekesalan miliknya.

Reno menutup mulutnya menahan tawar agar tidak keluar yang nanti akan menambah kemarahan wanita di depannya ini.

Laras berdiri di depan Reno dengan tangan kanan di pinggang, persis seperti seorang ibuk yang sedang memarahi anaknya kerena berani-beraninya pulang malam.
Reno tidak habis pikir siapa yang membawa siapa yang disalahkan.

"Mana A'a tahu Ayang! Mungkin saja itu celana kamu, Ayang." Reno tidak terima disalahkan tanpa bukti, malah menyebut celana kebesaran itu milik Laras.

Laras menatap Reno marah, yang benar saja celana sebesar itu miliknya! Yang ada itu milik perkutut Reno kali.

Reno menikmati kemarahan dari wajah wanitanya, Laras walaupun sedang marah tetap saja cantik. Apalagi saat di bawahnya ... Ah, Reno tidak ingin membayangkannya.

"Jangan gada-gada de A'a! Ini itu celananya A'a! Bukan celana aku." Laras menunjuk celana yang dipegang Reno.

Park!

Reno kembali melemparkan celana dalam itu ke Laras yang langsung ditangkap cepat oleh istrinya.

"Coba de kamu pakai!" perintah Reno, yang langsung di turuti Laras.

Laras memasangkan celana itu di tubuhnya, lalu menghadap Reno.

"Nah, kan A'a. Nggak muat! Ini itu celana A'a."

"Bukan Ayang!" kekuh Reno.

"A'a lihat sendirinya," ucap Laras.

Laras mendekati Reno, memasangkan celana dalam milik Reno di kaki pemuda itu. Reno yang melihat itu tidak bisa lagi menahan tawa akhirnya keluarlah sudah.

"Ahahaha, ahahaha, hahaha, ahahahah."

Laras yang menyadari arti tawa itu membuka cepat celana di tubuhnya. Bersiap-siap memberikan tinjuan pada suaminya yang paling menyebalkan.

Bug!
Bug!

Laras memukul-mukul Reno dengan kalap, berharap suaminya itu akan tersakiti dengan tindakannya.

Dan sialnya Reno malah tertawa terbahak saat tangan mungilnya bersentuhan dengan tubuh keras suaminya.

Reno menahan tawanya sebisa mungkin, tidak ingin membuat macam semakin mengamuk besar terhadap dirinya.

"Hahaha! Udah Yang, tangan kamu nggak ada rasanya! Wle ...," ejek Reno sambil mengeluarkan lidahnya.

Laras menatap suaminya, lalu ikut tertawa bersama-sama. Sekarang tawa mereka saling sahut menyahut.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang