Hari ini Laras berangkat sekolah sendiri tanpa ditemani oleh Reno sang suami, pasalnya Reno sedang libur jadilah dirinya harus pagi-pagi sekali harus siap.
Laras duduk di tempatnya, sambil memegang sebuah novel di kedua tangannya, inilah kebiasaan Laras kalau tidak ada Rani sang sahabat satu-satunya Laras akan larut dengan novelnya.
Tangan mungil itu sangat lincah dalam berbagai hal, salah satunya menyiksa Reno sampai kemarin menjerit-jerit akibat tangan mungil yang dimilikinya.
Mengigat suaminya Laras jadi kangen pada laki-laki itu, biasanya jam segini Laras akan melihat Reno yang sedang mengajar atupun sedan berada dalam ruangannya.
Namun hari ini hanya ada kesepian saat dirinya membutuhkan keramaian, terasa ada yang hilang dalam hidupnya kalau semenit saja tidak melihat wajah ganteng sang dosen sekaligus suami.
Jika saja Reno sekarang masuk, sudah di pastikan laki-laki itu tidak akan hidup aman di kampus.
Ting!
~My husband galak~
[Nanti kalau udah pulang, langsung pulang jangan keluyuran! A'a mungkin nggak bisa jembut. Tapi, A'a sudah suruh supir untuk jemput kamu! Inggat itu langsung pulang!]
To Laras:
[Siap A'a suami! Istrimu yang cantik, suka menabung, and baik hati ini akan melakukan perintah A'a suami!]Laras tersenyum-senyum sendiri melihat tulisannya, dan pesan yang dikirim Reno. Pesan Reno sangatlah manis, laki-laki sangat takut istrinya keluyuran dan bertemu cogan-cogan diluar sana.
Bagaimana dirinya akan tergoda coga-cogan di luar sana, sedang di jantung hatinya Laras cuma Reno sang suami seorang.
Meskipun diluar banyak laki-laki yang lebih tampan dan lebih segala-galanya tetap saja tidak akan bisa menggeser Reno di hatinya. Nama suaminya sudah permanen di hati Laras untuk selamanya.
"Apa lo senyum-senyum sendiri! Kesambat baru tahu rasa," ujar seseorang dari belakang, lalu mendudukan tubuhnya dekat dengan Laras.
Laras yang sedang di ganggu kesal, menata pelaku yang telah membuat moodnya jadi buruk. Bayangkan tadi hatinya sedang berbunga-bunga seketika lenyap tanpa permisi, bagaimana Laras tidak kesal coba?
"Apaan sih! Ganggu mood gue aja lu, Ran!" ujar Laras kesal pada Rani di sebelahnya.
Rani terkekeh melihat mood sahabatnya itu hancur gara-gara dia perbuatannya. "Ya, lu pagi-pagi aja udah melamun! Emang lagi melamunin siapa sih?" tanya Rani setengah kepo, mungkin benar-benar kepo.
"Ngelamun gue nikah sama Pak Reno! Terus nikah, sudah nikah punya anak. Lalu mati bersama!" ujar Laras tanpa jeda.
Laras mengucapkan itu dengan tubuh terangkat seperti sedang memojokkan Rani, Rani pun memundurkan tubuhnya kebelakang.
Rani menyentu kening Laras, memastikan sahabatnya ini sedang tidak demam. Dan, syukurlah tubuh Laras masih dingin pertanda bukan demam.
"Lo ngapain sih!" kesal Laras sambil menyingkirkan tangan Rani di keningnya.
"Gue pikir lo demam? Tapi setelah gue periksa ternyata masih dingin," ujar Rani tanpa anteng-anteng, terlaluh jujur.
Bolehkah Laras untuk mengumpat sekarang? Sialan! Anjirr!
"Gue baik-baik saja, kayaknya lu de yabg yang demam!" balas Laras meladeni sahabatnya itu.
"Apaan de, Ras. Gue sehat ya!" kesal Rani, umpan yang dia berikan ternyata makan tuan.
"Iya, tubuh lu sehat! Tapi ...." Laras menarik
turunkan alisnya untuk mengejek, "otak lu yang nggak sehat, RAN!" sambung Laras membuat Rani harus mengelus dadanya sabar.
Belakangan ini sahabatnya ini sangat suka marah-marah gak jelas, juil sedikit saja taringnya akan keluar gagah, memang cuma dia yang waras antara mereka berdua.
Memang susahnya jadi orang waras harus mengalah terus.
"Lu udah buat makalah?" tanya Rani mencoba untuk mengalihkan topik percakapan.
"Ha! Emang ada? Kapan? Kenapa gue kok gak tahu?!" tanya Laras terkaget-kaget. Skripsi? Satu kata yang mampu membuat hidupnya berubah.
Rani menatap sahabatnya itu tanpa minat sedikitpun.
"Ya, gimana mau ingat! Di otak lu kan cuma ada Pak RENO!" balas Rani sengit menekan nama Reno sebagai biang keladi.
Kenapa juga Abang Reno aku ini yang disalahkan, padahal Abang aku ini suka menabung, baik hati pula.
Hiks ... memang Rani kalau bicara suka nyelekit sekali Bun.
"Kenapa jadi Pak Reno yang kena getah ya?" tanya Laras polos.
Ingin sekali Rani mencubit gemas muka sok polos Laras.
"Terus gue gue yang salah?" Rani sudah mulai lelah meladeni permainan adu mulut Laras.
Laras lagi-lagi mengangguk polos.'Ayuk siapa saja cekik gue sekarang,' batin Rani ingin mencekik dirinya sendiri.
Lama-lama berbicara dengan Laras akan membuat kadar kewarasan menghilang.
"Dah lah Ra—"
"Hallo! Cewek cantik," ujar seseorang yang datang memotong ucapan Rani.
Rani yang tidak terima menatap buas orang tersebut. Andaikan membunuh halal pasti sekarang sudah banyak nyawa melayang di depannya.
Orang itu duduk di sebrang Laras, menampilkan cegiran khas miliknya. Berharap wajahnya bisa membuat Laras terpikat.
"Apasih lu ganggu aja," ucap Rani sewot.
Pemuda itu mengalihkan tatapannya dari Laras menatap Rani dengan raut wajahnya yang berubah, kenignya mengkerut melihat Rani.
Rani yang di tatap begitu tentu saja merasa risi.
"Gapa lu natap gue gitu amat?! Naksir?" tanya Rani pede abis.
"Lu lagi pms ya?" Vano malah balik bertanya padanya.
"Ha?"
"Lu kok suka bangat marah-marah sama gue?! Gue ada salah sama lu?" tanya Vano bertubi-tubi.
'Salah lu udah buat gue jatuh ...,' batin Rani.
Bersambung..
![](https://img.wattpad.com/cover/324339189-288-k13469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...