[66] Martabak Mati

505 6 0
                                    


Malam telah berganti siang, berhubungan sekarang hari Minggu Laras dan Reno hanya memantagi televisi, di mana Reno yang sibuk dengan ponselnya sedangkan Laras yang sibuk dengan televisinya.

Pada tangan laki-laki itu terdapat jus jeruk yang tadi Reno buat, meskipun libur akan tetapi Laras tidak libur dalam urusan dapur, kalau libur urusan dapur bisa-bisa dia diliburkan jadi istrinya Reno, itu terdengar tidak lucu sekali menurut Laras.

[Baiklah, saya selaku reporter dari berita ter hot pagi ini menyiarkan berita kematian penjual martabak di jalan **** yang sudah dua hari membusuk di dalam panggangan, dinyatakan korban sebelum dimasukkan ke dalam panggangan tubuh korban dimutasi sampai menjadi beberapa bagian daging!]

Laras yang asik menonton berita tetap menatap biasa saja, berbeda dengan Reno yang tersedak minuman gara-gara mendengar berita yang disampaikan di televisi.

Reno menurunkan gelas dari bibirnya, lalu menatap sekeliling. Tiba-tiba saja pikirannya melayang pada malam itu, bulu kuduk Reno langsung saja meremang. Lalu jalan jongkok menuju Laras yang berada di depannya, posisi Laras berada di karpet sedangkan Reno di sofa.

Reno langsung mengambil remote televisi saat Laras sudah mengganti cenel dengan kartun favoritnya.

"Ish, A'a!" kesal Laras kerena Reno mengambil remote tiba-tiba.

Reno tak menghiraukan, dia malah fokus pada siaran televisi yang sudah kembali dia ganti, tampak beberapa anggota berbaju kepolisian mengambil mayat satu persatu di dalam panggang, mata Reno membelalakkan melihat tulang belulang yang sudah berbentuk arang, namun tak habis terbakar. Ada juga kepala yang hanya menampilkan tengkoraknya.

"A'a," panggil Laras. "Serius amat sih, A'a. Laras kan jadi cemburu," lanjutnya lagi, akan tetapi Reno tetap dalam kondisi diam dan fokus.

Reno masih teringat apa yang Mbak-mbak itu bilang padanya sebelum benar-benar pergi, dia mengatakan seperti ini.

[Makananya jangan sampai dingin ya Mas ganteng, soalnya kalau diingat nggak enak lagi ... sama satu lagi, semoga istri Mas ganteng dan calon debay sehat selalu] Itu lah yang Mbak-mbak itu bilang, tak lupa senyum tipis di sudut bibir.

"Huek, huek ... hueeeek!" Reno langsung termuntah di tepatnya duduk, ingin menahan namun telat.

"A'a! Kenapa muntah di sini ....!" pekik Laras setelah berbalik dan melihat Reno muntah pada karetnya.

Reno masih berusaha mengeluarkan isi perutnya, untuk berdiri dan berlari ke kamar mandi saja Reno tak mampu, dia masih bisa merasakan betapa enak martabak yang semalam Reno beli, ya! Reno membantu Laras memakannya alasannya Laras sudah tak napsu lagi, bahkan dia paling banyak menghabisi martabak itu.

Reno memijit lehernya berulang ulang-ulang. "Astaga Yang, astaga, astagaaaaa!" bilangnya terus menerus.

Laras yang melihat itu agak bingung dengan suaminya ini, apakah Reno mengalami ngejala gila mendadak? Oh, mungkin saja begitu. Laras bangkit dari duduknya menuju dapur.

Sedangkan Reno masih berusaha mengeluarkan martabak semalam, meskipun usahanya akan sia-sia saja kerena martabak itu mungkin sudah berada di dalam perut terdalamnya. Asik mengorek-ngorek kerongkongan Laras datang dengan pel dan ember di kedua tangannya.

"Udah deh A'a! Kalau ngejala gila A'a masih panjang, mending pindah ke kamar mandi deh ... Laras mau ngepel muntah A'a!" ucap Laras panjang lebar sambil menarik-narik baju yang berada di bahunya.

Tubuh Reno tertarik sesuai kemauan Laras, setelah membawa Reno ke kamar mandi Laras lanjut membuang sang suami ke dalam kamar mandi, setelah itu menutup pintu dari luar.

"Jangan keluar kalau A'a masih muntah-muntah!" teriak Laras selanjutnya menuju ruang keluarga.

Laras berdecak pinggang melihat muntah Reno yang seperti muntah kucing, dengan tak merasa jijik sedikitpun Laras mulai membersihkan dengan pel miliknya, setelah itu Laras kembali mengepel dengan air yang bersih, dan terakhir mengunakan pengharum lantai.

Setelah selesai Laras membawa karpet kecil yang tadi dia singkirkan, Laras memasukan karpet tersebut ke dalam ember kemudian menuangkan pengharum sebanyak-banyaknya. Setelahnya Laras membersihkan dengan tangannya sendiri, lalu menjemur di belakang.

"Selesai juga," bilangnya pada diri sendiri, Laras masuk dengan ember.

Meletakan ember pada tempatnya, setelah itu menuju ruang tamu. Tampak Reno yang sudah duduk bersandar dengan kepala menonggak ke atas serta mata yang terpejam.

Laras ikutan duduk di samping Reno, sedang televisi masih menyala menyiarkan berita tadi, Laras mengambil remote dan mematikan televisi, tak lupa meletakkan remote di samping televisi.

Laras kembali duduk, memandang Reno yang tampak memperihatinkan sekali, kakinya naik satu ke sofa seperti bersumpah, sedangkan tubuh menghadap Reno. Tangan Laras terulur mengelus perut Reno dibalik baju kaos pendek laki-laki itu.

"Tututu, diam ya Sayang, jangan nakal, kasihan Daddy," ujarnya masih dengan mengelus perut Reno.

Reno yang mendongakkan kepala seketika menunduk dan membuka matanya, melihat Laras yang sudah meletakan kepalanya di perut Reno, seperti sedang mengajak berbicara perutnya yang datar.

"Uhh, Sayangnya Mama mau jalan-jalan ya?" tanya Laras pada perut Reno.

Tiba-tiba saja Reno mengerakkan perutnya, membuat Laras memekik pasalnya mengira kalau debay di dalam perut Reno menjawab pertanyaan, Reno hanya acuh tak acu.

"A'a! Debay ya, ngejawab Laras!" pekik Laras heboh, mengangkat kepala memandang Reno.

"Hem ...." Reno hanya berdehem, dan kembali menyadarkan kepala dan memejamkan matanya, perutnya masih belum terasa baikan.

"Ahh! Debay!" pekik Laras lagi, lalu memeluk tubuh Reno.

Laras mengelus-elus perut Reno, sedang Reno tak merasa risih sedikitpun, membiarkan Laras melakukan apapun yang dia mau. Melarangnya sama saja mengajak perang, dan ujung-ujung Reno yang harus mengalah juga.

"Nanti kalau sudah lahir namanya Laras ya, A'a! Biar A'a-Aa punya dua Laras ... Laras debay, sama Laras istrinya A'a," bilangnya begitu muda.

"Hem." Reno kembali berdehem, membiarkan Laras sesukanya.

Reno hanya diam mendengarkan semua celotehan Laras, kadang-kadang Reno mengelengkan kepala mendengar celotehan Laras yang menurut Reno itu lucu, memang istrinya ini mampu mengendalikan moodnya yang tadi rusak kembali seperti semula.

"A'a! Laras pengen martabak kayak semalam, belimbingnya!"

Perkataan Laras mampu membuat Reno membuka mata dan langsung menundukkan tubuhnya, tiba-tiba perutnya yang tadi sudah agak baikan terasa bergejolak kembali, kenapa istrinya harus membahas martabak tersebut disaat Reno berusaha keras untuk melupakan hal semalam.

Reno membalik tubuhnya menghadap Laras, Laras sudah duduk benar sambil menghadap padanya, kini mereka berdua sudah saling berhadapan, Reno memegang bahu Laras, lalu menunduk wajahnya ke wajah Laras.

"Dengarin A'a! Buka kuping, buka mata, tatap A'a aja! Jangan lihat sana sini ... martabak yang kamu makan kemarin ...." Reno menjada ucapannya, membuat Laras penasaran ucapan

"Merupakan ...."

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang