[8] Mimpi Reno

2.4K 54 0
                                    

"A'a, tadi kenapa A'a jalan sama Buk Nisa?" ucap Laras cemburu , saat tadi mendapatkan suami tercintanya berjalan berdua dengan pelakor Nisa.

Wajah Laras sudah tidak enak dipandang mata, mata yang menatap tajam, hidung yang kembang kempis. Membuat Reno menghembuskan nafas kasar.

Apa katanya tadi? Jalan berduaan dengan Nisa? Iya, mereka jalan berdua. Tapi, itu pun jalannya hendak memasuki ruangan sendiri-sendiri kerena ruangan mereka bersebrangan. Tadi pas di jalan Nisa memanggilnya untuk barang menuju ruangan masing-masing.

Rano heran dari mana istrinya itu tahu kalau dirinya jalan dengan Nisa tadi.

"Ayok jawab A'a! Kenapa A'a malah bengong? A'a lagi mikirin Buk Nisa ya, 'kan? A'a mau selingkuh?" tanya Laras tidak suka menatap Reno.

Reno tidak habis pikir apa yang ada di otak istrinya ini, bisa-bisanya dia menuduh Reno selingkuh padahal cinta Reno sudah habis buat Laras seorang.

"Bukan, Yang!" Reno tidak suka dituduh tanpa bukti yang jelas.

Berselingkuh? Berdekatan dengan wanita lain saja Laras langsung siap siaga di depan sebagai tameng.

"Terus apa A'a?" tuduh Laras tidak mau mengalah. Reno jelas-jelas ada main belakang dengan Buk Nisa.

"Kamu nuduh aku selingkuh?" tanya Reno mulai emosi.

Reno bangun dari duduknya menatap mendatang Reno, Reno yang dibegitukan tidak terima otomatis berdiri menatap menantang Laras juga.

"Kalau A'a nggak selingkuh gapain jalan sama Buk Nisa?" Laras semakin menatap Reno menantang.

Reno tidak habis pikir keberanian dari mana Laras dapatkan, biasanya ini wanita selalu patuh padanya.

Laras tidak akan mengalah walaupun dirinya seorang wanita.

"Oh, kamu benaran nuduh aku selingkk—"

"Iya," jawan Laras cepat.

Reno menatap Laras sok, wajahnya yang berwibawa saat di kampus, sekarang seperti seorang yang bodoh di hadapan Laras.

"Oke, aku akan benar-benar selingkuh! Itukan mau kamu?"

Setelah mengucapkan itu Reno pergi kekamar mereka. Menidurkan tubuh menghadap belakang, tidak mau menghadap Laras istrinya yang menyebalkan.

Laras menatap kepergian Reno dengan wajah polosnya, lalu berjalan mengikuti Reno kekamar mereka.

'Atur aja bos,' nyanyi Laras menatap Reno yang tidur membelakangi dirinya.
Mereka tidur dengan punggung yang saling berhadapan.

Pagi.

Laras terbangun dari tidurnya, meraba tempat di sampingnya. Namu, kosong. Entah kemana perginya Reno suaminya. Laras turun mengambil pakaian kampus, masuk ke dalam kamar mandi.

Seperkian detik Laras keluar dengan pakaian kampusnya, Laras turun menuju meja makan rumahnya. Di sana sudah ada Reno dengan roti ditangan kanannya, Laras memilih duduk berjauhan dengan Reno.

Setelah makan mereka memasuki mobil, selama perjalanan tidak ada percakapan sama sekali. Sesampai di tempat Reno menurunkan Laras pun mereka tetap diam.

Reno melajukan mobil setelah menurunkan Laras di tempat biasa.
Laras masuk ke kelasnya, disana dia sudah dinanti Rani sahabat Laras.

"Ras, muka lu kenapa kayak kain kusut gitu?" tanya Rani menatap Laras binggung.

Laras mengalihkan tatapan menatap Rani, dengan wajah datarnya.

"Gue nggak papa."

Setelah mengucapkan itu Laras kembali menghadap kedepan, Rani cuma bisa menatap dengan banyak pertanyaan di otaknya. Jam perjalanan dimulai, mereka asik dengan materi yang diterangkan dosen di depan.

Teg!

Jam kampus Pak Dedi selesai, Rani dan Laras memilih ke kantin kampus. Saat dalam perjalanan Rani tidak sengaja melihat seseorang sedang bercanda-cakap mesra di ruangan.

"Ras, lu kurang cepat sama Buk Nisa de!" ucapnya membuat Laras menatap Rani binggung.

Kalah sama Buk Nisa? Yang benar saja, masak dia kalah sama Buk Nisa. Nggak mungkin! Gomong-gomong kenapa Rani tiba-tiba bilang begitu ya?

"Lo gomong apasih, Ran? Gue kalah kenapa coba sama Buk Nisa?" tanya Laras menatap Rani tidak suka.

Bagaimana bisa suka kalau dirinya dibilang kalah dibanding Buk Nisa.

"Nah lo lihat!" tunjuk Rani ke arah dua insan yang sedang bercakap-cakap mesra tersebut.

Laras menatap arah telunjuk Rani, mantanya menatap marah setelah tahu apa yang dimaksud Rani. Di sana Reno dan Buk Nisa sedang bercanda gurau dengan mesranya, Laras bisa lihat tawa di bibir suaminya itu.

'Awas kamu A'a!"

Setelah mengucapkan Laras pergi, yang diikuti Rani dari belakang.

Reno menahan tawanya saat memandang sekilas ke arah Laras yang sudah pergi, Reno tahu Laras melihatnya, dan Reno yakin Laras sekarang sedang cemburu buta. Reno sengaja melakukannya.

Pulang.

Reno memarkir mobilnya di bagisi rumahnya, Reno berjalan masuk. Namu ....

Brak!  Brak!  Brak!

Seketika Reno disambut pemandangan yang luar biasa membuat dirinya sok, Laras sedang melempar-lemparkan pakaian keluar. Reno memungut pakaian yang dilemparkan Laras.

Syer!

Sebuah celana mendarat di wajahnya, celana yang kemarin mereka perdebatkan. Reno mengambil celananya.

"Apaan sih, Yang!" ucap Reno marah menatap Laras kembali Inggin melempar barangnya.

"A'a kan mau selingkuh? Yaudah sekalian aku kemasi barang A'a supaya bisa tinggal sama pelakor Nisa." Laras kembali mengayunkan sesuatu yang keras ke arah Reno.

Brug!

Reno terjatuh dari tidurnya, bangun kembali menempatkan dirinya di samping Laras yang sedang memeluk guling.

'Syukurlah cuma mimpi! Gak berani mikir de buat selingkuh,' batin Reno, kemudian memeluk Laras dari belakang.

Mereka tidur dengan posisi Reno memeluk Laras dari belakang. Begitu sangat melengkapi pasangan ini, kadang bertengkar, kadang akur lagi. Memang kalau cinta bisa membuat orang gila bukan?

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang