[75] Kepergok Cipokan

873 11 0
                                    

Beberapa mahasiswa berbondong mendekati mereka, tampak begitu kepo sekali, sedangkan Laras terasa sesak napas, ingin merebut surat nikahnya yang entah kapan sudah ada di dalam tas kampusnya. Laras ceroboh, benar-benar ceroboh!

Rani secepat kilas menjauhkan surat nikah tersebut, mengangkat tinggi-tinggi, masih belum percaya dengan apa yang dia lihat tadi. Jelas-jelas itu foto Pak Reno dengan Laras, untuk memastikan Rani kembali mengejek sambil menghalangi tangan Laras yang terus mencapai tangannya.

Sedang yang lain hanya diam menonton, menunggu adekan selanjutnya, dan benar saja detik berikutnya Rani tertawa menggelegar sambil menunjuk-nunjuk Laras.

"Aduh, Ras, Ras! Halu lu udah nggak bisa terselamatkan lagi, sampai-sampai rela bikin beginian, haha ...." Rani kembali tertawa sambil mengolok-olok Laras.

"Saran gue, lu cepat-cepat periksa deh Ras, dari pada tambah parah," tambah Rani lagi.

Laras yang sudah panik seketika bernapas lega, ternyata Rani hanya menganggap dirinya halu, nggak salah dulu dia ngejar-ngejar Reno, kan berguna juga sekarang. Untung, untung, Tuhan berpihak padanya.

Melihat Rani yang cengo, Laras mengambil buku nika di tangan Rani, lalu mengamankan buku nikah itu ke dalam tas yang sudah dia bereskan. Setelahnya mendukung tasnya Laras menatap Rani tak minat.

Bung!

Tanpa aba-aba pukulan cukup kuat mengenai pundak Rani, membuat wanita itu berhenti tertawa seketika, wajahnya tampak meringis memegangi pundak, Rani melirik, dan ternyata itu Vano, sang biang kerok.

"Nah, dapat azab kan gara-gara lepas bangat ketawa ya," nyiyir Vano yang sudah berada di sampingnya.

Byuuuu ....

Rani membalas dendang meludahi Vano, namun laki-laki itu terlebih dahulu mengelak jadi tak mengenai tubuh Vano, merasa gagal Rani ingin mengulang kembali, akan tetapi terhenti saat Vano membekap mulutnya dengan tangan kanan.

"Nggak baik ngeludah sembarangan, mendingan ngeludah di mulut gua berfaedah," bilangnya asal.

Dan, hal itu mendapat teriakan dari yang lain, Rani yang malu akhirnya memilih pergi dengan kaki yang sentengah mehentak lantai cukup kuat, semua orang tertawa dibuatnya.

Sampai Rani menghilang barulah yang lain bubar, dan Laras juga ikutan bubar bersama Vano yang mengekornya dari belakang. Sudah agak jauh barulah Laras berbalik, saat berbalik Vano pura-pura sibuk.

Laras kembali melangkah, begitu juga Vano, setiap Laras berhenti Vano juga ikutan berhenti dah berpura-pura melakukan hal lain. Sampai pada akhirnya Laras berlari meninggalkan Vano yang berpura-pura melihat loteng, atap kampus.

Vano mengejar Laras, ketika sudah tak menampatkan jejak Laras lagi Vano memutar tubuh kembali pada jalan semestinya, kerena ya dia sudah terlampau jauh, sekarang malah harus melewati UKS yang tampak sepi, berita-berita ya UKS ini angker.

Dulu banyak penampakan di sini, seperti ketika ada yang sakit terus dirawat di sini, sering diganggu, meskipun angket UKS ini masih beroperasi, entah tidak punya biaya buat UKS baru atau sebagainya.

Sambil melapalkan doa di dalam hati, Vano terus melangkah, namun baru melewati sedikit tiba-tiba dari dalam sana terdengar sesuatu yang jatuh.

Bung!

Sekarang bukan benda jatuh lagi, melainkan sesuatu yang sepertinya dipukulkan pada pintu berlari tunggang langgang tanpa melihat kebelakang barang sedikit.

"Haha ... dasar cowok penakut," kata Rani yang keluar dari persembunyian.

Rani sedari tadi bersembunyi di balik tembok, selepas keluar dari kelas dengan perasaan dongkol Rani malah nyasar sampai sini, entah apa yang membawa kakinya sampai sini Rani kurang tahu juga ... tetapi, saat akan berbalik dia melihat dari kejauhan Laras yang berlari kencang, membuat Rani sembunyi di balik tembok.

Rani berjalan  ke arah UKS, untuk mencari keberadaan Laras, sebenarnya dia juga sempat kaget mendengar benda jatuh dan pukulan dari dalam UKS, tetapi pikiran buruk itu dia tepis, dia beranggapan kalau Laras masuk ke dalam UKS.

Berhubung kampus mulai sepi, membuat Rani cukup takut juga, hal itu tidak membuat Rani mengurungkan niatnya untuk masuk.

Setelah Rani membuka pintu, Rani dikagetkan oleh orang yang berada di dalam, ditambah lagi dengan disuguhkan pemandangan yang sangat membuat matanya melotot lebar, selebar perasaannya pada Vano.

"Tolong, dengarin A'a dulu!"

Mata Rani terfokus pada keduanya, membuat ketiga orang itu terdiam di tempatnya masing-masing, saling pandang memandang satu sama lain.

***

POV Laras

Aku tak tahu harus berlari ke mana, aku hanya mengikuti langkah kaki yang menopang tubuh, sampai saat sebuah tangan menarik diriku untuk masuk ke dalam UKS, aku ingin teriak, namun mulutku tertutup dengan tangan yang lebih besar dariku, kaki orang itu menendang pintu untuk menutup.

Setelah membawaku masuk, sosok itu melepas tangannya dari mulutku, aku kenal dengan orang yang sekarang berdiri di depanku, sangat kenal. Dia adalah Reno, masih berpakaian kampus, Reno mendekatiku membuatku mundur beberapa.

"Sampai kapan, Yang, sampai kapan kamu mau kita kayak gini terus?" katanya sambil mendekatkan tubuh perlahan-lahan.

Aku benar-benar belum siap untuk bertemu dengan suamiku ini, akan tetapi aku juga rindu padanya. Apa yang harus ku lakukan? Aku tak ingin dia berpikiran aku ini bodoh, memaafkan dia sama saja memberi dia kesempatan untuk melakukan kesalahan lagi, bilang saja aku kekanak-kanakan, memang betul.

Aku hanya ingin Reno berpikir, dan merenungkan kesalahannya, aku tak marah kerena dia cemburu, yang membuat diriku marah saat dia pergi dan memilih tempat terkutuk itu sebagai penenang, aku tak mau hal itu terjadi lagi ... aku tak melarang dia marah padaku, bagaimana kemarin-kemarin Reno malah membuat kesalahan besar di tempat itu? Aku tak akan memaafkan jika itu terjadi kemarin.

"Aku tak ingin berbicara denganmu, A'a, aku butuh waktu!" bilang ku, membalik tubuh dan siap untuk menekan ganggang pintu.

Sayang, pintu itu terlebih dahulu terbuka, membuat tanganku bergelantungan di udaran, dan detik itu pula Reno menarikku, lalu mencium bibir mungil ku tanpa permisi.

Aku kaget, tentu saja! Bahkan orang yang membuka pintu itu lebih sok dibandingkan diriku, ciuman ini cuma sebentar, setelahnya Reno menjauhkan wajahnya dari wajahku.

Aku membalik tubuhku, tersentak melihat Rani yang berdiri mematung sambil memegang ganggang pintu.

Aku, Reno dan yang ternyata Ranu lah yang membuka pintu saling tatap-tatapan, sampai beberapa menit tiba-tiba Reno menarik bahuku agar menatapnya kembali. Reno meletakan kedua tangannya yang lebar di bahuku, lalu berucap padaku.

"Tolong, dengarkan A'a dulu ...."

Reno tampak tak menghiraukan kehadiran Rani, sedangkan diriku masih tak bisa berpikir apa yang terjadi, hanya bisa diam membisu seperti patung.

Beberapa kali Reno berucap aku masih belum bisa mencerna ucapan suamiku itu dengan baik.

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang