Sekitar jam empat sore Jeno dan Hanna baru pulang dari kantor. Karina sebagai seorang ibu yang tadinya marah tentu saja sekarang sudah tidak marah lagi. Kemarahannya pada sang anak hanya sebentar saja.
"Hanna, baru pulang mandi dulu yuk" ajak Karina
Hanna tidak menghiraukan ucapan Karina, gadis itu berlalu sambil menghentak-hentakan kakinya. Karina keheranan melihat Hanna yang berjalan ke arah ruang tengah.
"Apa Hanna masih marah sama aku ya?" Tanya Karina
"Kayaknya ngembek yang sekarang udah beda lagi" jawab Jeno
"Kenapa? Dia minta apa lagi?"
"Tadi di jalan pulang minta dibeliin arum manis"
"Gak kamu beliin?"
"Nggak, aku biarin aja dia merengek di mobil"
Karina melipat tangannya di depan dada. "Kenapa? Biasanya apa yang Hanna mau langsung di turutin"
"Gak boleh terlalu di manja" jawab Jeno
Karina menghela napas. "Huft baru sekarang" gumamnya
"Yaudah kamu urusin Hanna deh, aku ke dapur dulu" kata Karina
"Hajoon mana?"
"Sama Mama Papa di halaman belakang"
Jeno pun kemudian berjalan ke ruang tengah menghampiri Hanna yang menutup wajahnya dengan tangan.
"Hanna kenapa? Kok mukanya di tutup begitu?" Tanya Jeno
"Papa ndak cayang Ana agi, papa cama Mama ndak cayang Ana"
Jeno tertawa geli melihat Hanna yang menangis tapi tidak mengeluarkan air mata. Anak gadisnya itu mulai jago berakting.
"Siapa yang bilang Papa gak sayang Hanna lagi?" Tanya Jeno berjongkok di depan Hanna
"Huhuhuhuhuhu Papa ndak cayang Ana"
Jeno meraih kedua tangan mungil Hanna. "Papa itu sayang banget sama Hanna, apalagi Mama, Mama sayang banget banget banget sama Hanna"
"Tapi Mama celewet"
"Itu tanda sayangnya Mama untuk Hanna dan itu namanya bukan cerewet tapi Mama lagi nasehatin Hanna" Jeno mencoba memberikan pengertian
Hanna diam menatap Jeno kemudian berhambur memeluk tubuh tegap papanya. "Ana cama Papa ja"
Jeno lantas berdiri mengangkat tubuh Hanna, berjalan menaiki anak tangga menuju kamar mereka di lantai dua.
Setengah jam kemudian, Hanna dan Jeno kembali turun ke bawah untuk makan malam bersama.
Sesampainya di meja makan, Karina hanya menoleh sebentar pada Hanna lalu balik fokus menyuapi Hajoon.
Pun dengan Hanna, gadis kecil itu tidak menyapa Mama bahkan adiknya. Dia hanya duduk di meja makan menunggu Papa nya mengisi piring miliknya.
"Ana ndak au cayul Papa" intrupsi Hanna saat melihat piringnya diisi sayuran oleh Jeno
"Makan sedikit aja ya sayang"
"Ndak au ndak cuka lasanya tayak lumput"
"Kalau anaknya gak mau ya gak usah dikasih" sahut Karina masih fokus pada Hajoon
Donghae dan Tiffany saling bertatapan, mereka mengira perang kecil antara Karina dan Hanna sudah berakhir ternyata masih berlanjut.
"Ekhem...., si adek belum pulang ya?" Tanya Tiffany berusaha mencari topik bahasan
"Belum Nya, tadi bilangnya mungkin sampe rumah sekitar jam sembilanan, harus ngurus festival apa bibi juga kurang paham" jawab Bibi
"Oohh...., nanti ikan untuk Jisung di goreng lain aja ya Bi, ikan yang ini untuk Hanna, Hanna mau makan ikan kan?" Tanya Tiffany
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger Husband || Jenrina ✔
RomanceDua orang yang tidak saling mengenal bahkan bertemu saja tidak pernah tiba-tiba terikat dalam sebuah janji yang disebut pernikahan. Lalu, bagaimana keduanya menjalani kehidupan dengan status suami istri ketika sang pria hatinya sudah milik orang lai...