[Penyesalan]

2.8K 263 15
                                    

Dua hari setelah kepergian Karina dari rumah keluarga Lee, Jeno baru merasakan kekosongan dan mulai menyesalinya.

Dia menyesal karena ia baru sadar setelah Karina pergi, dia menyesal kenapa ia baru bisa jujur pada dirinya sendiri setelah Karina meninggalkannya.

Bukan hanya Jeno tapi Tiffany, Donghae dan juga bibi merasa sangat sedih dengan keputusan yang diambil Karina.

Tiffany dan Donghae baru tau kemarin kalau Karina melayangkan surat cerai kepada putra semata wayang mereka.

Tiffany menangis sejadi-jadinya ketika mendengar kabar tersebut. Wanita paruh baya itu bahkan menolak keluar dari kamar sampai hari ini.

Jeno duduk di pinggir kasur dan membuka laci nakas di sampingnya.

Mengambil benda kecil berbentuk lingkaran dari dalam sana.

"Na...," ucap Jeno pelan menggenggam gelang milik Karina

Gelang yang pernah diambil oleh Jeno dari Karina sebelum mereka resmi menikah.

Gelang yang dijadikan jaminan utang oleh Jeno karena Karina menggores body mobilnya dan belum sempat ia kembalikan.

"Gue jahat banget ya Na?"

"Gue udah sakitin hati lo ya Na?"

"Na gue bodoh banget kan? Gue udah sia-siain orang sebaik dan setulus lo"

"Na gue sedih lo gak ada disini, bukan cuma gue tapi mama, papa sama bibi juga"

Ketika sedang sibuk menyesali kebodohannya, ponsel Jeno berdering.

Awalnya Jeno enggan meraih benda pipih tersebut tapi akhirnya dia tetap mengambilnya dan melihat nama si penelepon.

Renjun's  calling...

Dengan cepat Jeno menggeser tombol berwarna hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Yaa.."

"...."

"Lo serius?"

"..."

"Info lo valid kan?"

"..."

"Oke thanks, gue tutup ya"

Tut...

Jeno mematikan sambungan telepon dengan Renjun dan menggenggam erat ponselnya.

Wajahnya tampak seperti orang yang sedang menahan amarah.

"Main-main lo sama gue" batin Jeno

Jeno kemudian mengambil jaket dan kunci mobil lalu pergi tanpa berpamitan dengan orang rumah.

.
.
.

~{🤵🏻👰🏻}~

.
.
.



Di sisi lain, Karina yang kembali ke panti asuhan juga terus menyendiri.

Sikap Karina yang seperti itu membuat penghuni panti terutama Wendy khawatir pada gadis tersebut.

"Rin, bunda boleh ngomong?" Tanya Wendy yang menghampiri Karina di teras

"Boleh bun, ada apa?"

"Karina, setiap keputusan yang diambil ketika emosi sedang memuncak selalu berakhir dengan penyesalan"

Karina tersenyum tipis, dia paham maksud ucapannya Wendy.

"Bunda gak perlu khawatir, aku udah pikirin semua sebelum akhirnya aku ambil keputusan itu makanya aku udah siapin suratnya dari jauh hari" jelas Karina

My Stranger Husband || Jenrina ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang