Vania terkesiap melihat sebuah kotak ponsel merk ternama di depannya. Dengan tangan gemetar, gadis itu membuka kotak.
Lagi-lagi netranya menatap takjub benda persegi tersebut.
Meskipun tidak pernah menyentuh atau bahkan melihat secara langsung sebelumnya, tetapi Vania tahu betul berapa harga benda tersebut. Pasti lebih dari lima belas juta.
Vania memberanikan diri untuk mengambil ponsel itu dan menekan tombol power.
Rupanya ponsel tersebut telah dihidupkan dengan baterai yang terisi penuh.
Vania sedang melihat benda mahal itu dengan saksama kala benda tersebut berbunyi panjang yang disertai getar.
Kontak dari orang nomor satu tampak memenuhi layar ponsel. Untuk beberapa detik, Vania berpikir.
Mempertanyakan siapa sosok yang menghubungi. Vania pun mulai menduga kalau lelaki berjas tadi telah salah alamat.
Setelah dipikirkan, Vania memutuskan untuk menjawab panggilan, lalu akan menjelaskan pada si penelepon bahwa dia bukanlah pemilik ponsel yang sebenarnya.
"Hallo." Suara khas laki-laki langsung terdengar begitu Vania menempelkan benda mahal itu ke telinga dengan penuh kehati-hatian.
"Assalamualaikum, Pak, tapi maaf... saya bukan pemilik nomor dan hape ini. Tadi ada orang yang salah alamat, nanti anda ambil aja hapenya di aparte-"
"Hallo, Vania."
"Kau Vania, 'kan?"
Vania langsung mengerjapkan mata berkali-kali ketika lelaki di seberang sana menyela perkataannya.
Bukan karena itu, tetapi karena mendengar lelaki itu menyebut namanya.
"I-ini... siapa?" tanya Vania dengan lirih.
"Edgar. Kenapa otakmu lemot sekali sih!" cela lelaki itu sambil menahan kesal.
"M-maksudnya, Tuan Edgar?" balas Vania membuat sosok di ujung sana memutar bola mata jengah.
"Iya. Memangnya Edgar siapa lagi."
"Hei, Vania... aku belikan ponsel itu untukmu. Simpan dengan baik, jangan sampai rusak apalagi kamu rendam lagi di bak air." Suara Edgar kembali terdengar. Membuat Vania membelalak terkesiap.
"T-tuan serius? I-ini beneran buat saya?" tanya Vania dengan nada tak percaya.
"Ya. Harganya tidak murah, makanya kau harus hati-hati."
"B-baik, Tuan. Makasih, semoga rezeki Tuan semakin der-"
"Aku menelfonmu karena ada hal yang penting. Siapkan aku tiga setel pakaian formal dan dua setel pakaian santai, lalu antarkan ke kantorku." Perintah itu membuat Vania terbeliak.
Setidaknya tunggu Vania menyelesaikan perkataannya dulu, kek. Main serobot saja, pakai menyuruh seenaknya lagi. Vania menggerutu dalam hati.
.oOo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Dla nastolatków→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...