34. Dipanggil Tuan dan Nyonya🔮

1.6K 43 4
                                    

Nenek berjalan menggunakan tongkat menuju kamar Naomi menantunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nenek berjalan menggunakan tongkat menuju kamar Naomi menantunya.

Di dalam ruangan itu sudah ada dokter yang memeriksa kondisinya, juga sang suami yang mendadak pulang akibat mendengar kabar bahwa sang istri pingsan.

"Apa yang terjadi dengan menantuku?" Nenek bertanya ketika telah berhasil masuk dan berdiri di samping putranya.

"Mungkin hanya kelelahan saja, Bu.” Nenek menatap iba pada menantunya yang tampak lemas dan sedikit pucat.

“Apa kau belum makan tadi?" tanya nenek yang hanya dijawabi dengan gelengan lemah oleh sang menantu.

Nenek mendengus kasar melihat gerakan kepala Naomi yang menandakan bahwa dia memang tidak makan.

"Berapa kali aku bilang, jaga kesehatan. Makan tepat waktu," omel nenek membuat dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi pasien mengulum senyum.

"Beruntung sekali Nyonya memiliki mertua yang sangat perhatian, cetus dokter itu
memasang wajah iri.

"Kau pasti akan dapat mertua yang perhatian. Tapi hati-hati, kau harus kuat mental karena yang perhatian biasanya akan cerewet sepertiku," sahut nenek bercanda, yang langsung disambut tawa oleh semua orang dalam ruangan itu. Kecuali Naomi.

Sebab, wanita setengah baya itu masih saja kepikiran dengan masalah Edgar dan Vania. Hati kecilnya tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi. Dia tidak bisa bahagia atas kehadiran cucu dari perempuan yang tidak dia inginkan.

Nazwa adalah menantu idaman Naomi. Tapi karena gadis tidak tahu diri itu, impiannya menjadikan Nazwa sebagai menantu pun gagal.

Bagaimana cara memecahkan masalah rumit ini? Naomi masih memutar keras otaknya.

"Sepertinya Nyonya baru saja syok terhadap sesuatu," ucap dokter beberapa saat setelah tawa yang mengisi ruangan terhenti.

Baik nenek maupun Afgan seketika menoleh, melempar tatapan serius dengan tanda tanya besar yang tersirat di wajah keduanya.

"Saya tidak akan bertanya tentang apa yang membuat Nyonya merasa syok, tapi saya cuma mau mengingatkan. Serumit apapun masalah yang sedang anda hadapi saat ini, tolong hadapi dengan kepala dingin. Karena menyimpan emosi dalam hati juga tidak baik," ujar dokter.

"Selain itu, jaga kesehatan anda dengan makan teratur." Dokter itu mengakhiri ucapannya dengan tersenyum manis.

Naomi mengangguk menurut. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri kalau kehamilan Vania masih saja mengitari kepalanya.

Bagaimana bisa bersikap tenang sementara gadis itulah yang menjadi penyebab gagalnya rencana yang sudah diatur sedemikian tersusun olehnya.

Sekarang sepertinya sudah tidak ada lagi harapan untuk menikahkan Edgar dengan Nazwa.

Karena putranya itu tidak akan mungkin membuang Vania begitu saja setelah apa yang terjadi.

Terlebih lagi setelah mengetahui bahwa benihnya tumbuh dalam rahim gadis itu.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang