Paman yang baru saja masuk rumah dan mengunci rumah tampak mengerutkan dahinya melihat Vania keluar dari kamar seraya menggotong tikar.
"Kenapa kamu gotongin tikar begitu, Van? Kenapa gak tidur?" tanya paman menghentikan langkah Vania. Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap paman sambil meringis.
"Tadi Vania pikir bisa buat tidur karena ranjangku kan kecil banget, Paman," jawabnya dengan jujur. Paman terkesiap mendengar jawaban itu.
“Vania, Vania, untuk apa kamu repot-repot seperti itu. Ranjang itu terbuat dari kayu Kenari yang sangat kuat. Biar kecil, tapi dijamin aman untuk digunakan kamu dan Edgar."
Vania menatap paman dengan tatapan tak percaya, dia takut apabila terjadi insiden tak terduga jika tetap nekat menggunakan ranjang itu untuk berdua. Terlebih lagi Edgar memiliki tubuh yang besar dan tinggi
"Sudah, sana tidur. Paman gak mau kamu kecapekan."
Vania mengangguk, dan segera melesat pergi karena paman meminta tikar yang dia bawa tadi.
Vania berdiri beberapa detik di depan kamarnya, ragu apakah tak apa bila langsung menyibak gorden itu dan masuk?
Rupanya si penghuni kamar menyadari keberadaan Vania.
Belum sempat Vania melakukan apapun, gorden itu sudah dibuka oleh sosok di dalam sana.
"Kenapa diam di sini, gak langsung masuk saja?" cetus Edgar, Vania terhenyak.
"Nggg... nggg, itu-"
"Ssssttt, sudah cepat masuk. Kita harus istirahat karena ini sudah larut malam, sela Edgar, tanpa komando menarik tangan Vania sehingga gadis itu terseret masuk.
"Aku sudah melakukan uji coba, dan aku rasa ranjang ini cukup kuat digunakan kita berdua," ujar lelaki itu setelah melepaskan tangan mungil Vania.
Vania menatap Edgar dengan ragu. Melihat itu, Edgar langsung mendekat ke arah ranjang dan menggoyang-goyang benda itu dengan mengerahkan seluruh kekuatannya.
Usai melakukan aksi itu, Edgar kembali menegakkan tubuhnya dan menatap Vania mencoba meyakinkan.
"Lihat kan, ranjang ini terbukti kuat," ucapnya.
"Sekarang kita bisa tidur dengan tenang," imbuh lelaki itu sambil tersenyum lebar.
"Ah ya, tapi aku belum mandi," cetus Edgar tiba-tiba. "Badanku terasa lengket dan sedikit gatal," lanjutnya mengeluh.
Vania pun ikut merasa bingung. "Tapi di sini kamar mandinya di luar," cicitnya.
Edgar langsung melotot. Kenapa baru ingat dengan fakta itu! Ini bukan rumahnya, bukan pula rumah pak kades yang memiliki kamar mandi di dalam.
"Ya kalau kamu mau mandi gak papa, Mas, walaupun di luar tetep aman kok." Ucapan Vania baru saja membuat Edgar garuk-garuk kepala. Lelaki itu menyengir kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...