75. penuturan dari Hilda

958 48 5
                                    

Vania lari terbirit-birit begitu mendengar nyonya Naomi memanggil namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vania lari terbirit-birit begitu mendengar nyonya Naomi memanggil namanya. Dia membuka pintu begitu saja, dengan buru-buru dan penuh rasa khawatir.

"Nyonya, maaf aku langsung buka pintu karena takut Nyonya kenapa-kenapa," ujar Vania saat sudah masuk dan berdiri tak jauh dari posisi nyonya Naomi berada.

"Apa Nyonya butuh bantuan?" tanya gadis itu lagi.

"Ya, aku ingin buang air kecil," jawab nyonya Naomi dengan sikap angkuhnya.

Vania menganggukkan kepala perlahan, lantas berjalan mendekati nyonya Naomi. Sebelum itu, Vania mengambil kursi roda yang berada di dekat lemari dan meletakkannya di dekat ranjang

Vania membantu nyonya Naomi hingga wanita itu pindah ke kursi roda.

Tidak semudah itu bagi Vania melakukannya, sebab dia harus menahan beban tubuh nyonya Naomi yang lebih berat darinya.

Vania harus membantunya secara pelan-pelan, karena nyonya Naomi masih saja merintin kesakitan.

Setelah berhasil, Vania pun lantas mendorong kursi roda itu ke kamar mandi dengan sangat hati-hati.

Nyonya Naomi merasa tersentuh dengan cara Vania memperlakukannya.

Gadis itu bahkan tidak langsung pergi meninggalkannya, melainkan kembali membantunya hingga bisa menuntaskan hajat tanpa rasa jijik sama sekali.

Nyonya Naomi sebenarnya sudah tahu bagaimana sifat Vania yang sesungguhnya.

Dia tahu bahwa gadis itu adalah sosok yang lugu dan berhati tulus.

Tapi sayang sekali, gadis itu tidak berasal dari kalangan yang sama seperti keluarganya.

Jika saja Vania punya satu saja sisi yang bisa dibanggakan, mungkin Naomi akan mempertimbangkan hubungan gadis itu dengan Edgar. Atau bisa saja Naomi akan merestui mereka.

Tapi kembali lagi pada kenyataannya, gadis itu memang baik, tetapi bukan ditakdirkan untuk Edgar-putranya.

Setelah selesai, Vania kembali membantu Naomi untuk tidur di posisi awal. Yaitu ranjangnya.

Kali ini Vania sedikit tenang karena Naomi tidak banyak bersikap sinis dan angkuh, Wanita itu lebih banyak diam.

Meski tak bicara sama sekali, setidaknya tidak ada lagi sorot mata sinis yang mengarah padanya.

"Kalau begitu aku pamit, Nyonya. Kalau Nyonya butuh aku ada di depan," ucap Vania pamit undur diri. Nyonya Naomi masih saja tidak merespon.

Gadis itu pun mendorong kursi roda yang kosong ke tempat semula. Ketika kakinya hendak melangkah pergi, nyonya Naomi tiba-tiba memanggilnya.

"Di sini saja, agar aku lebih mudah memanggilmu." Suara itu membuat Vania berhenti dan menoleh.

Tampak nyonya Naomi langsung membuang muka begitu kedua netra Vania mengarah padanya.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang