36. Meratapi Nasib

1.7K 47 2
                                    

"Itu semua baju milikmu, Vania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu semua baju milikmu, Vania. Di sana ada baju-baju yang kau pakai biasanya juga kok. Tapi hanya beberapa, yang lain sudah aku suruh Rina membakarnya karena sudah tidak layak pakai."

Apa?!

Bakar? Baju-baju Vania dibakar begitu saja tanpa izin lebih dulu?!

Vania tak bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya.

Ingin sekali Vania melempari pria itu dengan guci-guci yang ada di sekitar. Namun, tentu saja itu hanya terjadi dalam angannya saja.

Nyatanya? Mana berani. Bahkan untuk menggerutu saja dia lakukan dalam hati.

"Aku itu laki-laki bertanggung jawab. Jadi aku ganti pakaianmu yang aku bakar itu dengan pakaian baru yang lebih baik."

Kembali Vania terbelalak. Bagaimana bisa ada manusia yang tetap berbangga diri setelah membakar pakaian milik orang lain tanpa izin.

"Tapi setidaknya tanyakan dulu padaku, Tuan, apakah baju-baju itu masih aku pakai atau tidak." Vania harus protes, 'kan.

"Yang penting aku sudah menggantinya, 'kan. Dengan jumlah yang lebih banyak lagi," balas Edgar tak mau kalah.

"Tinggal pakai aja kok repot," gumamnya kemudian.

Vania hanya menghela napas berat sekali sebelum akhirnya kembali ke kamar mandi.

Butuh waktu selama 15 menit bagi Vania untuk menyelesaikan kegiatan mandinya.

Dia keluar mengenakan setelan piyama panjang lengkap dengan hijab instan sebagai pelindung rambutnya.

Walaupun sudah menikah dan sah secara negara maupun agama, pernikahan mereka tetap saja bukan pernikahan yang normal seperti pada umumnya.

Tidak berdasarkan cinta, dan bahkan Edgar sendiri adalah sosok pria yang jauh dari kriteria Vania selama ini.

Vania merasa canggung dan merasa harus tetap menutup auratnya tersebut di depan Edgar.

Vania merasa lega saat mendapati Edgar sudah terlelap.

Gadis itu pun bergerak ke arah sisi ranjang yang kosong untuk mengambil bantal.

la akan menggunakannya untuk tidur di sofa.

Biarlah dia tidak mengenakan selimut meskipun kulit tubuhnya terasa kedinginan akibat suhu ruangan yang rendah.

Namun, ketika Vania baru mengambil bantal dan hendak beranjak pergi, rupanya pria yang ia sangka terlelap itu mengeluarkan suara yang membuat Vania terperanjat.

"Mau kemana, kau?"

Saat menoleh, Vania mendapati Edgar sudah duduk sambil menatapnya lekat-lekat.

"Tidur di sini saja," kata Edgar terdengar perintah.

Seketika wajah Vania berubah menjadi panik. Bola matanya bergerak-gerak salting

"Anggaplah guling ini sebagai pembatas. Aku tidak akan melewati batas itu, jadi jangan cemas," ujar lelaki itu lagi berusaha menenangkan Vania.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang