45. Bahaya, Dia Playboy

1.1K 48 4
                                    

"Tolong kasih nasehat ke Naomi pelan-pelan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong kasih nasehat ke Naomi pelan-pelan ya. Aku udah gak tau lagi harus gimana biar dia nerima Vania."

Luna sedikit terkejut mendengar permintaan nenek.

Dia kira tidak terjadi masalah apa-apa dalam pernikahan tersebut.

Namun rupanya Naomi belum bisa menerima dengan lapang dada.

"Aku gak tau lagi harus bicara sama siapa. Kamu kan adiknya, siapa tau Naomi akan luluh setelah dengar nasehat dari saudaranya." Nenek meraih tangan Luna seraya menatapnya penuh permohonan.

Detik berikutnya, Luna menganggukkan kepalanya. "Iya, nanti aku coba bicara ya, Bu. Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Semoga kak Naomi mau dengarin perkataanku."

Mendengar itu seketika wajah nenek berubah ceria.

Wanita sepuh itu mengulas senyum lebarnya, lalu mengucapkan terima kasih berkali-kali pada Luna.

Sementara itu di sisi lain, sebuah mobil terhenti di halaman rumah Luna.

Tak berselang lama, muncullah seorang lelaki berpakaian santai dari dalam.

Lelaki itu berjalan masuk rumah setelah menyugar rambutnya ke belakang.

Dia sempat menghentikan langkah kala mendapati mobil yang familiar terparkir di depan rumahnya itu.

Namun, dia bergegas melanjutkan langkah dan mengira bahwa yang sedang bertamu adalah Naomi-wanita yang dia panggil dengan sebutan tante.

"Hai, Nek." Lelaki itu menyapa nenek, lalu menyalaminya dengan takzim.

“Regan kira yang datang tante Naomi," cetus lelaki itu lagi sambil duduk di sebelah nenek.

"Tadi Nenek habis kontrol, Gan, sekalian mampir karena ada perlu sama mama kamu." Regan manggut-manggut mengerti.

"Kalau gitu Regan tinggal ke belakang ya, Nek, kalian lanjutin ngobrolnya," ucap Regan lagi sambil menyengir lebar.

Nenek dan Luna kompak mengangguk dan tersenyum.

Regan mengayun langkah ke dapur. Rasa haus membuatnya ingin meneguk segelas air putih.

Namun, langkahnya seketika terhenti kala mendapati sosok gadis pujaan duduk berhadapan dengan ART di rumah itu.

Tubuh Regan langsung menegang dalam beberapa waktu.

Lelaki itu mengerjapkan mata, ingin memastikan kalau apa yang dilihatnya adalah nyata.

"Tuan Regan," lirih Rani yang langsung berdiri ketika melihat Regan. Membuat Vania ikut menoleh ke arah tatapan Rani.

Regan memberi kode dengan tangan, memintanya agar tetap duduk. "Duduklah saja, aku hanya ingin mengambil minum saja."

Setelah mengatakan itu, Regan berlalu pergi. Vania menatap punggung lelaki itu sembari manggut-manggut samar. Seolah telah mendapat jawaban atas rasa penasarannya selama ini.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang