Pertanyaan dari Edgar yang disertai tatapan intensnya membuat Vania salah tingkah.
Gadis itu menundukkan kepalanya, lalu memberikan sebuah anggukan kecil. Dengan pipi yang Terasa memanas, Vania sudah bisa menduga bagaimana bentuk wajahnya saat ini.
Pasti sudah memerah seperti kepiting, rebus. Oleh karena itu gadis itu memilih. menyembunyikan wajahnya dari pandangan Edgar Beberapa detik setelahnya, Vania merasakan sebuah sentuhan halus yang mengenai puncak kepalanya.
Gadis itu jadi membeku, kali ini bukan sentuhan seperti biasanya yang mana masih terhalang oleh kain hijab. Kali ini tangan itu benar-benar menyentuh rambutnya.
Rasa gugup yang menyerang, membuat Vania seketika menelan salivanya meski dengan kepayahan.
Vania terbeliak saat merasakan sebuah tangan menyentuh dagunya, lalu mengangkatnya hingga kedua netra mereka saling beradu pandangan.
Vania mengerjapkan mala kelewat gugup, scdang Edgar tampak terus menatap gadis di hadapannya dengan tatapan yang tak biasa. Tatapan yang mampu membuat hati Vania bergetar tak karuan.
"Kamu cantik, Vania. Tak pernah aku melihat kecantikan yang sama seperti yang ada pada dirimu." Perkataan Edgar membuat tak bisa berkutik, bahkan hanya sekadar untuk mengedipkan mata.
"Ehm, ayo kita tidur, Mas." Fokus Edgar terpecah. Dia melihat dengan jelas kegugupan yang dirasakan oleh Vania. Entah mengapa wajah gugup itu justru terlihat semakin menggemaskan dalam mata Edgar.
Sehingga lelaki itu tidak dapat untuk tidak tersenyum. Edgar tertawa renyah sambil mengusap ubun-ubun Vania dengan gemas.
"Ayo, sudah malam juga," ucap lelaki itu, lantas merangkul pundak Vania dan menariknya menuju kasur.
Tentu saja hal tersebut membuat Vania gugup setengah mati. Bagaimana tidak. Gadis itu baru saja memberanikan diri untuk memperlihatkan dirinya yang tanpa hijab dan baju panjang nan longgar di hadapan seorang lelaki, lalu saat ini dia tengah berada di dekat lelaki itu berjarak sangat dekat dan dirangkul menuju sebuah tempat tidur. Gadis lugu mana yang tidak merasa gugup jika dihadapkan dalam posisi menegangkan seperti itu.
Meski begitu, Vania sudah pasrah saja jikalau nantinya sang suami meminta haknya malam ini.
Gadis itu menurut saja dan mengikuti langkah sang suami, Hingga tibalah mereka di tempat tidur yang sangat sempit itu.
Edgar meminta Vania menaikkan kakinya ke tempat tidur itu menggunakan isyarat mata.
Vania yang mengerti pun langsung melakukannya tanpa bertanya apapun. Detik berikutnya Edgar tampak mengulas senyum saat melihat Vania sudah duduk selonjoran di atas kasur itu.
Edgar meraih selimut dan membukanya menjadi lembaran yang lebar, lalu menutupi tubuh bagian kaki Vania dengan lembut.
"Biar gak didatangi nyamuk.” Ucapan lembut yang diiringi seulas senyuman manis itu seketika membuat jantung Vania terasa berhenti berdetak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Jugendliteratur→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...