Edgar merasa pusing tujuh keliling ketika sang mama benar-benar mengatur pertemuan dengan puteri indonesia itu.
Tepat sepuluh hari setelah hari itu, mama kembali memberitahu Edgar bahwa si puteri indonesia bersedia untuk bertemu Edgar, melakukan perkenalan sebagai awal dari hubungan mereka kelak.
Dan hari ini adalah hari pertemuan mereka.
Jika biasanya Edgar akan mandi pagi-pagi, saat ini dia melakukan rutinitas itu lebih siang.
Kini, Edgar tengah memandang bingung pakaian-pakaian dalam lemari.
Pakaian apa yang kira-kira cocok untuk dia pakai dalam pertemuan dengan seorang puteri indonesia?
Apakah pakai kemeja dan celana jeans saja akan membuat perempuan itu terkesan, atau justru sebaliknya.
Tapi kalau sebaliknya, bukankah itu yang Edgar harapkan?
Jika perempuan itu merasa ilfeel dengannya, lalu memutuskan untuk menggagalkan rencana pendekatan mereka, itu artinya Edgar tidak perlu susah payah merealisasikan rencananya.
Tapi, di sisi lain itu berarti dia sama saja sedang mengorbankan harga dirinya.
Mau dianggap apa dirinya dengan puteri indonesia itu jika penampilannya terlalu santai.
Mungkin pengangguran, atau lebih parahnya beban keluarga.
Ah, tidak. Bagaimanapun juga, Edgar tidak akan mau mengorbankan harga dirinya di hadapan siapapun.
Akhirnya, lelaki itu pun meraih kaos berwarna hitam dan celana dasar dengan warna sama, lalu dipadukan dengan jas putih yang membuat penampilannya tidak begitu formal, tapi juga tidak terlalu santai.
"Kita lihat, seberapa cantik puteri indonesia itu," gumam Edgar sembari menata rambutnya. Seulas senyum miring pun terbit sedetik setelah kalimatnya meluncur.
"Edgar! Jangan lama-lama, kasihan Melinda kalau harus nunggu kamu lama!" Suara teriakan itu membuat Edgar tersadar dan segera beringsut menjauh dari cermin.
Edgar pun mengayun kakinya melangkah keluar sebelum sang mama menghampirinya.
"Ya ampun, ternyata lama karena ini?" Sang mama tampak terkesima melihat penampilan sang putra.
Wanita itu mendekat, tangannya terulur mengusap jas yang dikenakan Edgar seolah tengah membersihkan debu di sana.
"Semoga berhasil ya," ucap mama Naomi dengan senyum penuh harap.
Edgar menarik satu sudut bibirnya membentuk lengkungan penuh makna.
'Rencana Edgar pasti akan berhasil, Ma," ucapnya membatin.
Tanpa rasa curiga, sang mama mengantarkan kepergian Edgar dengan harapan besar yang tersirat jelas di bola matanya.
Setelah kepergian Edgar, mama pun melenggang masuk dengan perasaan gembira yang merekah dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...