"Gimana, kamu udah bicara dengan orang tuamu?"
Saat ini Edgar tengah bertemu dengan Melinda-Puteri Indonesia untuk yang ke dua kali.
Mereka bertemu untuk membicarakan perihal kelanjutan hubungan mereka.
Tentu saja rencana pembatalan pertunangan yang diharapkan oleh orang tua dari kedua belah pihak.
Nazwa tampak menggeleng lemas. "Aku masih belum siap dengan amarah mama," ucapnya lesu.
"Ck, itu sudah resiko. Memangnya kau mau, menikah denganku? Laki-laki yang gak kau cinta?" Wanita itu kembali menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Sekarang giliran Edgar yang mendesah lesu. Dia menyugar rambutnya ke belakang, mencoba memutar otak mencari jalan keluar.
Meski dia sudah memiliki satu cara, yakni dengan menjadikan pembalasan dendam terhadap Vania sebagai tumbalnya.
Tetapi Edgar masih memiliki setitik hati nurani, yang membuatnya memikirkan cara lain.
Jika sudah mentok dan tidak mendapatkan satu pun cara yang bisa melancarkan rencana, terpaksa Edgar menggunakan jalan ninja itu.
"Aku ingin hidup bebas. Kenapa sih di dunia ini harus ada yang namanya pernikahan?!" Tiba-tiba saja Nazwa mengerang, Saat Edgar menoleh ke arahnya, terlihat Nazwa tengah menjambak sendiri rambunya.
Tampak jelas raut frustasi di wajahnya.
"Jika tidak ada pernikahan, maka kau tidak akan pernah bisa tau apa itu cinta sejati." Sontak saja perkataan Edgar disambut dengan tawa oleh Nazwa.
Dia menatap Edgar dengan tatapan meremehkan.
"Aku tanya sekali lagi, kau sanggup tidak mengurus masalah ini?" Edgar bertanya dengan sengit.
Sedang Nazwa tampak menanggapi dengan santai. Detik berikutnya, wanita itu mengangkat bahunya acuh.
"Aku tidak bisa janji," selorohnya membuat darah Edgar terasa mendidih. Tatapan Edgar bahkan sudah berubah jadi mata elang.
"Kalau begitu, biar aku saja yang urus,” putus Edgar.
"Ya sudah, terima beres. Awas ya kalau kamu gagal, Awas saja kalau nanti kita tetap berakhir menikah."
Usai pertemuan itu, Edgar pun meluncur ke perusahaannya.
Dia beruntung karena bisa menemui Nazwa di pagi hari, di mana otaknya masih fresh, belum berkepul akibat berkutat dengan pekerjaan yang melelahkan.
.oOo.
Malam hari, Vania telah istirahat di kamarnya. Paman menelepon ketika gadis itu baru saja selesai salat isya.
"Assalamualaikum, Paman."
"Waalaikumsalam. Ini ada nak Fardan, Vania. Mumpung dia ada di rumah, paman langsung telfon saja. Kamu sibuk gak, Van?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Ficção Adolescente→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...