"Baiklah, taruh saja di dalam," ucap Edgar sembari mengarahkan tatapan ke dalam.
Vania yang saat itu masih memunggungi Edgar dan hanya menolehkan kepalanya beberapa derajat pun seketika terbelalak mendengar perintah yang Edgar ucapkan.
Bahkan gadis itu sama sekali tidak bergerak, membuat Edgar menukikkan alis dengan tajam.
"Kenapa masih di situ? Cepat taruh di dalam agar aku bisa segera ganti pakaian," kata Edgar dengan nada bicara yang cukup sengit.
Vania manggut-manggut ragu, lalu buru-buru melangkah masuk mengikuti suruhan sang majikan.
Meletakkan segelas kopi panas di atas nakas dan segera pergi terbirit ketika melihat Edgar menyusul memasuki kamar dengan santainya.
Melihat gelagat Vania yang lebih terlihat seperti seorang mangsa yang berhasil kabur dari jeratan binatang buas membuat Edgar menatap keheranan.
Apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan tentangnya? Sepertinya setiap bertemu dengan Edgar, gadis itu selalu berpikir hal buruk terhadapnya.
"Dasar wanita aneh," cela Edgar tepat ketika tubuh Vania menghilang dari pandangan.
Lelaki itu kemudian kembali melangkah, berdiri di depan nakas untuk menyesap kopi yang Vania bawa.
Seperti biasa, kopi buatan Vania sangat cocok di lidahnya.
Tidak pernah Edgar merasakan kopi yang secandu buatan Vania itu hingga membuatnya ingin lagi dan lagi.
Edgar meletakkan cangkir kopi kembali pada tempat semula, lalu bergerak untuk mengenakan pakaian yang telah tersedia.
Usai itu, Edgar keluar dari kamar dengan penampilan yang rapi. Mengenakan setelan jas dengan rambut yang ditata klimis.
“Vania, tolong ambilkan sepatuku yang masih bersih di dalam kamar!" Edgar berteriak seolah bicara pada seorang tunarungu, padahal saat ini jarak antara dia dengan Vania hanya sejauh 2 meter.
Vania di dapur, sedang lelaki itu berdiri di ruang makan yang masih terhubung dalam satu ruangan.
Kesal? Tentu saja. Tapi mana mungkin Vania memperlihatkan rasa kesalnya itu.
Dia memilih mematuhi perintah dari majikan otoriternya itu sebelum sang majikan mengganti tatapan datarnya dengan mata elang.
Gadis itu lari tergopoh-gopoh menaiki anak tangga yang entah mengapa tiba-tiba terasa sangat berat. Benar-benar melelahkan sekali.
Saat sampai pun Vania tidak langsung menemukan sepatu yang dimaksud, melainkan harus mengubek-ngubek dulu setiap lemari yang ada dalam kamar itu.
Wajar saja karena Vania tidak tahu di mana letak barang-barang Edgar saat dia masih tinggal di rumah utama.
Sepatu yang dia cari pun tidak pernah dia bawa di apartemennya sehingga Vania harus bersabar saat mencarinya.
Sementara itu di sisi lain, Edgar yang saat ini sedang terburu-buru karena ada meeting penting dengan klien sudah merasa tidak sabar menunggu Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...