17. Bubur Ayam🔮

1.3K 46 2
                                    

"Apa-apaan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa-apaan ini. Kalian jangan bikin pusing dong. Apa karena disuruh nikah cepat, kalian jadi kayak gini?"

Vania langsung menggeleng mendengar tuduhan yang dilayangkan nenek baru saja.

Dia baru saja menjelaskan pada wanita sepuh itu bahwa yang dia pikirkan tentang Vania adalah kesalahpahaman. Namun sepertinya nenek masih tidak bisa menerima itu. Dia tetap menganggap Vania sebagai calon istri cucunya.

"Bukan begitu, Nek. Saya emang bukan calon istri tuan Edgar. Saya cuma kerja jadi ART di apartemennya. Calon istri tuan Edgar yang sebenarnya adalah nona Renata."

Nenek menatap Vania dengan tatapan tak terbaca. Entah apa yang wanita renta itu pikirkan.

"Saya gak mau bikin tuan Edgar dan nona Renata gak nyaman gara-gara kesalahpahaman ini," lanjut gadis itu lirih. Besar harapannya dimengerti oleh nenek.

"Siapa Renata? Kalau emang bukan kamu, kenapa Edgar gak bawa Renata-Renata itu?"

Sepertinya nenek kembali lupa hari disaat Edgar memperkenalkan Renata.

"Seperti apa orangnya?" Nenek menatap Vania dengan penasaran.

Vania berpikir beberapa saat, sampai pada akhirnya dia memilih jawaban yang paling aman.

"Orangnya cantik dan baik. Dan yang pasti, akan sayang sama Nenek ," jawab Vania.

"Kenapa bukan kamu saja? Aku sudah terlanjur menyukaimu?" Vania terkejut mendengar balasan nenek.

Kenapa bukan dia? Ya jelas saja, dia bukan tipe tuan Edgar. Begitu pun sebaliknya.

Begini-begini juga Vania memiliki standar tersendiri untuk memilih seorang imam dalam rumah tangga. Bukan orang yang sembarangan. Apalagi orang yang terlalu bebas seperti sang majikan.

Ada satu laki-laki di kampung yang gadis itu sukai. Sosok laki-laki yang pernah satu pesantren dengannya dulu. Seseorang yang Vania kagumi, yang tidak hanya memahami syari'at agama, tetapi juga mampu menjalankannya.

Namun sayang, sosok itu begitu tinggi sehingga mustahil digapai. Bagaikan langit yang dikelilingi oleh bintang-bintang yang gemerlapan, sedangkan Vania hanyalah seonggok tanah di atas bumi yang begitu luas.

Mana mungkin Vania mampu menggapainya. Mendongak untuk menatapnya saja rasanya tak pantas.

"Kamu menyukai Edgar?"

Dalam sekejab, lamunan Vania membuyar. Berganti dengan pupil mata yang melebar. Gadis itu benar-benar terkejut dengan pertanyaan dari nenek.

"M-maksud Nenek?" tanya Vania dengan terbata,

"Kalau kamu suka, Nenek akan bantu supaya kamu diperistri Edgar."

Kini mulut Vania ternganga dengan ucapan nenek.

"E-enggak, Nek. Jangan begitu. A-aku gak mungkin bersanding dengan tuan Edgar. Aku cuma seorang pembantu, Nek. Pergi ke kota ini juga untuk mengais rezeki, membantu paman untuk pengobatan anaknya." Vania mencoba memberi penjelasan yang menurutnya cukup detail. Semoga saja nenek dapat memahami.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang