Dalam tidurnya, Vania seperti merasakan sesuatu yang kenyal nan basah mendarat singkat di keningnya. Gadis itu berpikir keras dalam lelapnya, apakah ini sebuah kecupan?
Rasanya seperti nyata, tetapi setengah mimpi. Lalu tanpa sadar, gadis itu kembali melanjutkan perjalanan alam mimpinya.
Sementara di sisi lain, Edgar tampak tersenyum lucu melihat dahi perempuan yang tengah tertidur pulas itu mengerut membentuk beberapa lipatan.
"Maafkan aku, Vania, aku sudah mencium keningmu tanpa izin," cetus lelaki itu bergumam.
Edgar melirik ponsel yang tergeletak di atas lemari. Karena di kamar ini tidak ada jam dinding. lelaki itu harus beranjak dari tempat tidur untuk melihat penunjuk waktu yang ada di ponselnya.
Rupanya waktu sudah menunjukkan hampir pukul 03.00 dini hari. Sebentar lagi alarm Vania pasti berbunyi. Edgar meletakkan ponselnya ke tempat semula, lalu kembali duduk di atas kasur sambil memandangi wajah tenang Vania di sana.
Lelaki itu memang sengaja tak membangunkan Vania sampai gadis Itu bangun sendiri karena alarmnya.
Edgar memanfaatkan waktu yang sempit itu dengan memandangi keindahan paras dari wanita di hadapannya.
"Kenapa bisa wajahnya tak seperti yang lain, kecantikannya itu sungguh berbeda," gumamnya sambil tak bisa menahan senyuman.
"Hmmm sepertinya aku sudah gila." Edgar menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba menyadarkan diri dan mengusir senyum di bibirnya, tetapi sepertinya tidak akan berhasil jika kedua netranya masih saja tertuju pada objek indah di depan sana. Memaksa netranya menatap ke arah lain pun tidak akan bisa, sebab keindahan itu begitu kuat menarik perhatiannya.
Sebelum melihat wajah gadis itu tanpa hijab, Edgar sudah mengakui diam-diam kecantikan dari parasnya, tapi dia tak pernah menyangka jika kecantikan gadis itu akan bertambah berkali lipat tanpa hijabnya.
Lamunan Edgar membuyar ketika terdengar bunyi alarm darı ponsel Vania.
Tak berselang lama, gadis yang sejak tadi terlelap itu menjadi terusik dan terbangun.
Vania melotot saat mendapati ada sepasang mata yang sedang menatapnya intens.
"M-mas Edgar ngapain?" tanya gadis itu dengan terbata. Bagaimana tidak, baru saja bangun sudah dapat serangan saja. Mana siap.
"Hmmm mau bangunin kamu, Tapi ternyata kamu sudah bangun duluan," cetus Edgar berdalih.
"Ya sudah ayo kita berwudhu," ajak lelaki itu yang diangguki oleh Edgar.
Mereka pergi ke kamar mandi di belakang rumah bersama-sama, tentunya setelah menunggu Vania mengenakan hijab untuk menutupi indah mahkota di kepalanya.
Usai berwudhu, mereka pun melaksanakan salat tahajud. Tak ketinggalan pula dengan memuji keagungan Allah SWT, memanjatkan doa dan harapan atas kelangsungan pernikahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Roman pour Adolescents→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...