Hari pertama Vania bekerja tanpa Edgar di apartemen. Dia benar-benar merasa bebas.
Melakukan pekerjaan dengan hati gembira, tidak seperti hari sebelumnya yang terasa seperti bekerja pada masa penjajahan.
Tidak ingin membuang kesempatan, Nara memutuskan untuk membuka cadar saat beraktifitas.
Tanpa dia sadari bahwa kegiatannya saat ini pun sedang diawasi oleh seseorang melalui monitor ipad-nya.
"Alhamdulillah, habis jemur baju bisa istirahat," gumam Vania sembari duduk menunggu mesin pengering berhenti.
Vania kemudian beranjak ketika mesin pengering tak lagi berbunyi, yang berarti bahwa pakaian telah selesai dikeringkan.
Gadis itu mengambil semua pakaian, dimasukkan ke keranjang, lalu dia bawa ke balkon untuk dijemur.
Begitu selesai, Vania kembali masuk dan mencuci segelas teh miliknya tadi.
Seusai itu, dia memilih duduk di sofa seraya memainkan ponsel mahal dari tuan majikan yang angkuh, tetapi siapa sangka dia masih memiliki secuil hati nurani.
"Aku belum ngasih kabar ke Rani lagi, hmmm... chat dari dia pasti udah ratusan," ucap Vania seorang diri.
Dia mulai mengotak-atik ponsel yang sebenarnya tidak dia mengerti.
Dia ingin menghubungi Rani, tetapi tidak hafal dengan nomor ponselnya.
Bahkan otak kecilnya tidak berpikir bahwa kartu miliknya bisa dipasang ke dalam ponselnya ini.
Alhasil, Vania hanya bolak-balik membuka aplikasi hijau miliknya.
Tanpa sadar, dia malah membuka ruang obrolan dengan tuan majikan, lalu menekan ikon bergambar telepon.
Vania terperanjat ketika mendengar suara dari ponselnya. Dia baru sadar kalau saat ini sedang menghubungi tuan Edgar.
"Astaghfirullah! Kenapa aku nelfon tuan Edgar!" Vania memekik sambil menutup mulutnya yang terbuka akibat terkejut.
Ketika jemari Vania hendak menekan ikon berwarna merah untuk mengakhiri panggilannya, nahasnya tuan Edgar lebih dulu menjawab panggilannya.
"Ya Allah," desis Vania dengan pupil mata melebar.
"Hallo."
"Hallo!"
Samar-samar Vania mendengar suara, yang langsung membuatnya segera menempelkan ponselnya ke telinga dengan bibir dan tangan gemetar.
"Assalamualaikum, T-tuan...."
"Ada apa? " tanya sosok di seberang sana dengan suara tegas tanpa menjawab salam.
"Ti-tidak, Tuan... maksud saya, apa nanti setelah pekerjaan saya selesai saya sungguh boleh pulang?" jawab Vania kelewat gugup.
"Hmmm." Dan Edgar hanya membalas dengan dehaman saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Novela Juvenil→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...