24. Kau Itu Kenapa?🔮

1.6K 52 1
                                    

"A-aku cuma mau tanya sama dia, dimana dasiku yang warna maroon?" Suara Edgar terdengar gagap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-aku cuma mau tanya sama dia, dimana dasiku yang warna maroon?" Suara Edgar terdengar gagap. Dan lelaki itu seketika mengutuk diri sendiri.

Apalagi saat melihat nenek yang mencebikkan bibir, seolah tak percaya dengan apa yang Edgar jelaskan.

Namun Vania tak menyadari kegugupan Edgar. Dia langsung memutar otaknya, memikirkan benda yang sang majikan cari.

"Saya taruh di koper semua, Tuan," jawab gadis itu setelah berhasil mengingat.

"Bukan dasi yang itu. Tapi yang aku beli di Birmingham."

Detik berikutnya Edgar berdecak sebal saat menyadari wajah Vania yang tidak memahami ucapannya.

Lagi pula bagaimana Vania bisa tahu, memangnya dia cenayang.

"Ck, kau pasti gak tahu dasi yang aku maksud. Ayo ikut aku, bantu aku cari dasi itu." Edgar melangkah pergi. Vania menelan saliva dengan paksa sebelum akhirnya mengikuti jejak sang majikan.

Sebelum masuk ke kamar, gadis itu menyempatkan diri memohon ampunan dan berdoa agar yang dia lakukan sekarang tidak dicatat sebagai dosa karena Vania melakukannya didasari karena pekerjaan semata.

"Ini kan dasi yang kau maksud tadi?" Edgar mengambil dasi dari dalam lemarinya, kemudian menunjukkannya pada Vania.

"I-iya, Tuan. Emang bukan itu yang Tuan cari?"

"Kalau benar ini kenapa aku masih tanya kamu? Dasar kau ini, aneh sekali.” Sebuah decakan lolos dari bibir Edgar lengkap dengan tatapan tajam yang mampu meruntuhkan keberanian Vania menatap wajah yang berada lebih tinggi darinya itu.

"Sebentar, aku tunjukkan dasi yang aku maksud." Edgar mengiterupsi, berjalan menjauh mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang king size miliknya.

Setelah berhasil mendapatkan benda tersebut, Edgar menyalakannya dan menggerakkan jemari seperti tengah mencari sesuatu.

Beberapa saat setelahnya, lelaki itu menghampiri Vania dan menyodorkan benda pipih miliknya ke hadapan Vania.

"Lihat baik-baik, kau pernah lihat dasi itu tidak?" ucap Edgar dengan datar.

Vania tergerak mengambil benda pipih yang disodorkan padanya sambil berusaha agar tak bersentuhan kulit dengan sang majikan.

Setelah mengamati selama beberapa detik gadis itu mendongakkan kepala, lantas menjawab dengan ragu.

"Aku gak pernah lihat dasi ini, Tuan. Sepertinya...."

"Mana mungkin. Pasti kau yang lupa. Coba perhatikan lagi baik-baik,” titah Edgar tak terima dengan jawaban yang Vania berikan.

Mau tidak mau Vania pun menganggukkan kepalanya patuh. Memang selain itu dia bisa apa? Menolak pun tidak mungkin.

"Atau kau coba cari di seluruh sudut kamar ini. Aku akan keluar mengambil kopi sebentar.”

"B-baik, Tuan."

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang