Di kota.
Tepat pukul 09.00, Ciko datang ke kediaman nyonya Naomi dan tuan Afgan. Untuk menyampaikan pesan dari Edgar.
Dia memasuki rumah itu dan menunggu si tuan rumah keluar dari kamar. Kebetulan sekali, Afgan sedang tidak pergi ke kantor karena tak enak badan.
Lelaki itu yang pertama kali keluar menemui Ciko. Dia duduk di depan Ciko yang tampak bersikap sopan.
"Ada apa, Ko?" tanya Afgan tampak penasaran.
"Begini, Pak, saya mau menyampaikan kabar duka dari kampung nona Vania. Bahwa nona Vania semalam mengalami keguguran."
"Apa?!" Afgan sontak saja terkejut. Kedua matanya terbelalak lebar, menatap Ciko tak percaya.
"Apa kau sudah memastikan kebenaran berita ini, Ciko?" selidik Afgan. Lelaki itu masih belum bisa percaya, padahal dia sudah tak sabar menunggu memiliki seorang cucu. Pupus sudah harapannya.
Ciko mengangguk. "Pak Edgar sendiri yang menghubungi saya semalam." Lelaki itu sedikit berbohong.
"Karena musibah ini, pak Edgar terpaksa harus tinggal di kampang untuk sementara waktu. Seraya menunggu sampai nona Vania merasa tenang,” Ciko menuturkan.
Tuan Afgan langsung mengangguk setuju, gurat kesedihan tampak tercetak jelas di wajahnya.
"Iya, gak papa. Kenapa Edgar gak mengabari langsung?”
"Mungkin saja beliau tidak ingin menunjukkan kesedihannya karena musibah ini."
"Berrar itu." Afgan kembali mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan kondisi Vania sekarang?" tanya Afgan lagi.
"Nona Vania masih mengalami syok yang cukup berat, Pak."
"Sampaikan pada Edgar agar selalu berada di sisi istrinya," titah Afgan yang langsung diangguki patuh oleh Ciko.
Tak lama kemudian, datangiah Naomi dan nenek. Mereka mendengar orang mengobrol dan merasa penasaran, maka dari itu mereka langsung keluar dan mencari sumber suara.
"Ma, Vania keguguran,” Nenek langsung lemas, untung saja Naomi sigap menahan tubuh renta itu.
Naomi menuntun mertuanya untuk duduk di sofa. Wanita itu sama sekali tidak merasa terkejut mendengar kabar yang baru dia dapatkan.
Jika Afgan dan nenek merasa sedih, tidak dengan Naomi. Wanita itu merasa sangat bahagia, Ya, bahagia karena dia gagal mendapatkan cucu dari gadis kampung. Sekarang, usahanya untuk memisahkan Vania dengan Edgar pasti semakin mudah.
"S-siapa yang keguguran?" tanya nenek.
“Vania, Bu." Afgan menjawab dengan wajah sedihnya.
“Vania?" Nenek malah menatap putranya dengan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...