Edgar celingukan di belakang rumah, lantas detik berikutnya lelaki itu menyunggingkan senyum kala melihat Vania baru saja keluar dari kamar mandi yang terpisah dari rumah paman.
Cepat-cepat Edgar melangkah menghampiri Vania.
Grep! Lelaki itu berhasil mencekal tangan Vania, membuat gadis itu seketika tercekat dengan mata melotot.
"K-kenapa sih, Mas?" cetus gadis itu gugup, berusaha menghindari kontak mata.
"Harusnya aku yang tanya begitu, Vania. Kenapa kamu tadi dorong aku, kejam sekali," cicit Edgar setengah mengomel.
Vania langsung terhenyak.
"S-salah sendiri kamu peluk-peluk aku, Mas, dan itu... nggg, kenapa kamu gak pakai baju, Mas?" tanya Vania dengan ragu-ragu.
Edgar tampak terkejut mendengar serangan balik Vania, jadi ini penyebab gadis itu mendorongnya.
"Semalam aku merasa kepanasan, makanya bajunya aku lepas. Lagi pula gak seharusnya. kamu dorong aku seperti tadi, Vania. Apalagi aku dalam posisi belum sepenuhnya sadar. Sekarang pinggangku sakit." Edgar pura-pura memegangi pinggangnya, padahal sakit yang dia rasakan bukan di bagian itu, melainkan di pant*tnya.
Vania mengerjapkan matanya, merasa bingung hendak bersikap bagaimana.
"T-terus kenapa kamu peluk-peluk aku, Mas? K-kamu sengaja ambil kesempatan ya?" tuduh Vania selanjutnya.
Edgar tampak kelabakan, tetapi dia sangat cepat menguasai diri.
Sesaat kemudian dia menggelengkan kepala sebagai bantahan.
"Aku gak sadar, namanya juga tidur. Kamu juga semalam ngorok gak sadar kan?" Seketika pupil mata Vania melebar.
"Ih, aku gak pernah ngorok!" bantahnya.
"Aku dengar, Vania," balas lelaki itu sambil menunjukkan senyum miringnya.
"Kamu ngorok keras sekali, aku sampai sulit tidur, dan kamu gak sadar kan. Begitu juga denganku, aku gak sadar sudah memelukmu. Mungkin aku mengira kamu guling." tutur Edgar membuat Vania terdiam dengan wajah yang memerah.
"Hei kalian, sudah siang, bukannya cepat-cepat salat malah ngobrol di situ!" Suara paman yang menggelegar mengagetkan dua sejoli yang sedang adu mulut.
Paman tampak berkacak pinggang bak seorang guru BK yang memantau murid-murid nakalnya.
Edgar pun bergegas melakukan wudhu, Vania menunggu dengan menjaga jarak.
.oOo.
Usai melaksanakan salat, Vania segera kabur dari hadapan Edgar sebelum lelaki itu kembali membahas masalah pagi tadi.
Dia pergi ke dapur-membantu bibi Rani yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan.
Sementara Edgar menghela napas panjang melihat kepergian sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...