Ceklek,
Pintu kamar baru saja dibuka oleh Edgar. Kedua netranya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang mampu membuat jantungnya berdesir, sampai-sampai lelaki itu berdiri termangu di ambang pintu.
Vania, gadis itu tengah melaksanakan salat isya-nya.
Padahal sejak mereka sah menjadi suami istri, Edgar merasa penasaran karena tidak pernah mendapati Vania melakukan ibadah salat. Baru hari ini dia melihatnya.
Dan Edgar seolah tersihir dengan sosok yang mengenakan mukena putih itu.
Wajah Vania terlihat sangat berbeda ketimbang saat mengenakan jilbab dan pakaian hariannya.
Edgar pun mengayun langkah memasuki kamar tersebut setelah menyadarkan dirinya.
Dia berjalan perlahan. Karena tidak ingin mengganggu kekhusyukan Vania dalam salat, Edgar memutuskan mengalah untuk tidak membersihkan dirinya atau melakukan aktivitas yang menimbulkan suara berisik.
Beberapa detik setelah Vania menyelesaikan salatnya, ia terkejut ketika menyadari bahwa sejak tadi dirinya tengah jadi pusat perhatian sang suami.
Pun begitu dengan Edgar. Kedua insan itu merasa salah tingkah saat beradu pandangan beberapa saat.
Edgar segera mengalihkan pandangan ke sisi lain, sedang Vania langsung menundukkan kepala.
"Jangan geer dulu, aku bukan liatin kamu tadi," ujar Edgar tiba-tiba padahal Vania sama sekali tidak meminta penjelasan, atau bahkan bereaksi apapun.
Gadis itu hanya menatap bingung ke arah Edgar.
Tidak menjawab apa-apa, Vania kembali fokus pada urusannya. Melantunkan doa kepada sang pencipta.
Begitu serius dan penuh khitmad Vania dalam berdoa, hingga menimbulkan rasa heran bagi Edgar.
"Kamu doa apa saja, kok kelihatan serius banget gitu. Emang sudah pasti doamu dikabulkan?" Sebuah pertanyaan yang lebih terdengar seperti ejekan.
Vania baru saja selesai berdoa, dan kini tengah melipat mukena dan memberesi perangkat salat lainnya.
"Yang namanya manusia itu harus husnudzon sama Penciptanya. Gimana doa kita mau dikabulkan kalau kita sendiri gak yakin akan dikabulkan," jawab Vania tenang sembari berjalan untuk menyimpan mukenanya.
Edgar mencebikkan bibir sembari menaikkan satu alisnya tinggi.
"Tapi gimana dengan manusia yang gak pernah berdoa, tapi keinginannya selalu tercapai. Seperti aku contohnya." Edgar langsung berlagak sombong. "Aku jarang atau bahkan bisa dibilang gak pernah berdoa, tapi keinginanku selalu tercapai karena aku selalu berusaha keras. Bukankah itu artinya doa saja gak bisa jadi jaminan? Yang penting itu usaha manusia itu sendiri."
"Tuan Edgar islam bukan sih?" tanya Vania sesaat setelah menghela napasnya.
Edgar mengangguk. "Orang tuaku islam, tentu saja aku juga," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...