Ketegangan masih menyelimuti ruang makan keluarga Naomi dan Afgan. Afgan, pria paruh baya itu menatap nyonya Naomi dengan serius, meminta jawaban atas pertanyaannya tadi.
Namun, nyonya Naomi memilih membisu, seolah tidak ada suara yang bertanya padanya. Wanita paruh baya itu lantas kembali duduk dengan raut sinis yang masih bertahan di wajahnya.
Nenek baru saja datang, berjalan tertatih menggunakan tongkat. Tampak ekspresi kebingungan mendominasi wajah yang penuh dengan kerutan itu.
"Ada apa ini? Kenapa sunyi sekali?" Nenek bertanya sambil melempar tatapan pada Afgan dan juga Naomi.
Nenek pun bergegas duduk di samping kiri Afgan dengan dibantu oleh Vania.
"Makasih, Nak, kamu selalu bantu Nenek," ujar wanita senja itu menatap dengan penuh ketulusan.
Vania menjawab dengan anggukan kecil yang diiringi senyuman samar.
Sebuah dengkusan yang lolos dari bibir nyonya Naomi seketika menarik perhatian Afgan yang tengah mengambil nasi.
"Berdamailah dengan keadaan, Mi. Tidak mungkin semua yang kamu inginkan bisa tercapai," bisik Afgan yang hanya dibalasi dengan wajah sewot saja oleh Naomi.
"Sampai kapanpun aku gak akan bisa berdamai, Pa. Kalau gak ada dia, pasti aku bisa mencapai tujuanku," jawab wanita paruh baya itu lirih dengan nada sinis.
"Ami, jaga bicaramu!" tekan Afgan tak suka.
Naomi tak menjawab, malah melirik sinis sang suami.
Acara makan pun berlangsung dalam keadaan hening.
Usai makan, Edgar pun bersiap berangkat ke kantor. Dengan sigap Vania membawakan tas yang telah disiapkan oleh Edgar ke lantai bawah. Edgar sedikit terkejut ketika melihat Vania membawakan tasnya, sebab sebelumnya Vania tidak pernah berinisiatif sendiri, Apakah memang wanita itu sudah menerima takdir pernikahan mereka secara lahir dan batin?
"Terima kasih," ujar lelaki itu sambil meraih tas yang disodorkan oleh Vania.
Vania hanya mengulas senyum tersipu saja mendengar ucapan terima kasih yang dilontarkan oleh Edgar.
"Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku," pesan Edgar.
Vania mengangguk patuh. Edgar tersenyum hangat, tangannya terjulur hendak mengusap kepala Vania, tetapi reflek terhenti ketika sadar akan hubungannya dengan gadis di depannya yang belum seintens itu. Alhasil tangan itu tertahan di udara.
Vania yang menyadari itu terkejut dalam diamnya. Dan Edgar pun seketika salah tingkah.
"Ehmm, ehmmm...." Lelaki itu berdeham-deham untuk menetralkan dirinya.
Detik berikutnya Vania mengulurkan tangannya. Edgar pun menyambut uluran tangan itu meski dalam keadaan bingung.
Edgar menegang kala punggung tangannya dikecup oleh sang istri. Dia sungguh terkejut dan tidak menyangka jika gadis di hadapannya akan melakukan sesuatu yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Jugendliteratur→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...