42. Mas

1.4K 50 2
                                    

Tiba di rumah, sikap Edgar masih sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba di rumah, sikap Edgar masih sama. Seperti seorang suami yang sedang cemburu.

Tatapan sebal berulang kali dilayangkan pada Vania.

"Ubah panggilanmu pada Regan. Dia itu sepupuku, yang artinya juga menjadi sepupumu. Panggilan kak gak cocok untuknya," ucap Edgar tiba-tiba dengan nada perintah.

Vania mengurungkan niatnya untuk melepas sabuk pengaman, beralih menatap Edgar yang juga menatapnya.

"Kenapa, keberatan?" seloroh lelaki itu.

"Tapi aku harus manggil dia gimana dong, gak mungkin ‘kan kalau langsung manggil nama," balas Vania merasa bingung.

Sebenarnya Regan sendiri juga menyarankan untuk tidak menggunakan embel-embel apapun saat Vania memanggilnya.

Namun, tentu saja Vania merasa tak nyaman, sehingga dia memilih menggunakan panggilan 'kak' sebagai bentuk menghormati.

Tapi sekarang, bukan Regan yang melakukan protes karena panggilan yang Vania sematkan.

Justru orang lain yang notabene tak ada hubungannya dengan masalah tersebut.

Vania hanya tidak mengerti, mengapa bisa Edgar mempermasalahkan hal tersebut.

"Kau bisa memanggilnya paman," ucap Edgar dengan ekspresi datarnya, lalu melenggang keluar meninggalkan Vania yang masih terkejut dengan saran yang diberikan lelaki itu.

"Dasar aneh," lirih Vania setelah bisa menguasai diri dari rasa terkejutnya.

Gadis itu kemudian ikut keluar, memasuki rumah megah yang dulu menjadi tempatnya mencari rezeki.

Siapa sangka kini namanya termasuk dalam keluarga itu.

Menantu. Bagi Vania, gelar itu cukup sulit disandang olehnya yang berasal dari kalangan bawah.

Status sosial yang sangat jomplang jika dibandingkan dengan keluarga Edgar.

Hal yang wajar jika nyonya Naomi mertuanya-tak bisa menerima Nara sebagai menantu.

Nyonya itu pasti begitu mengidamkan seorang menantu yang sepadan dengan keluarganya.

Tapi mau bagaimana lagi. Vania sudah membuat perjanjian dengan Edgar, tidak mungkin baginya mundur begitu saja.

Meski Vania tahu apa yang dia lakukan ini adalah salah.

Perihal alasan itu, Vania jadi ingat dengan perkataan paman kemarin.

Perkataan paman tentang Raka. Akal Vania pun menghubungkannya dengan Edgar.

Mungkinkah orang dari kota yang diceritakan oleh sang paman adalah Edgar?

Untuk memastikan kebenaran tersebut, Vania pun berlari menaiki tangga.

Tanpa gadis itu sadari, ada sepasang mata yang menatapnya tak suka.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang