Hari itu tiba. Hari yang telah Vania tunggu-tunggu.
Hari dimana dia akan terbebas sementara waktu dari perlakan tak mengenakkan sang ibu mertua.
Gadis itu baru saja rampung mengemasi pakaiannya.
Karena subuh tadi Edgar menawarkan koper untuk tempat menyimpan pakaiannya selama dalam perjalanan, gadis itu pun meninggalkan tas besarnya dan tetap menyimpannya di dalam lemari.
Gadis itu jadi terkikik sendiri saat mengingat kejadian subuh tadi.
Usai Vania selesai mandi, tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan sebuah koper yang masih terbungkus plastik dan menyodorkannya pada Vania.
Tentu saja hal itu membuat Vania bingung.
"Pakai saja koper ini agar perjalananmu tak terasa berat."
Masih dengan raut bingung, Vania pun bertanya dengan polosnya.
"Ini koper siapa? Mas sengaja belikan aku?"
Pertanyaan tersebut seketika membuat Edgar gugup dan salah tingkah. "Ya, ya... koperku. Untuk apa aku membelikanmu." Lelaki itu menjeda kalimatnya dengan decihan lirih. Lalu kembali melanjutkan.
"Mas suka warna pink?" lontar Vania lagi yang berhasil membuat Edgar kelabakan.
"Enak saja!" jawabnya membantah.
Alis Vania saling menyatu, menatap koper pink di depannya.
"Lalu ini-"
Vania belum sempat menuntaskan ucapannya karena Edgar buru-buru menyambar.
"Ini ... koper ini sebenarnya punya Renata. Dia sudah tak memakainya dan kebetulan aku yang menyimpan. Jadi, dari pada tidak dipakai, lebih baik kau pakai saja," terang lelaki itu beralasan.
Vania manggut-manggut mengerti. Setelah mendengar nama Renata membuatnya malas menanggapi lagi.
Namun, saat melihat wajah Edgar yang memerah seperti kepiting rebus membuatnya jadi tersenyum geli.
Terlebih saat mendapati lelaki itu berusaha memalingkan wajahnya berulang kali.
Saat itu Edgar benar-benar terlihat salah tingkah, dan itu lucu bagi Vania.
Sampai sekarang gadis itu masih penasaran mengapa Edgar bisa merona dan salah tingkah hanya gara-gara koper.
"Sudah selesai?" tanya Edgar yang baru masuk kamar setelah berkutat di ruang kerja.
Lamunan Vania tentang momen subuh tadi pun seketika membuyar.
Vania mengangkat kepala mendengar suara tersebut, lalu sebuah anggukan pun dia lakukan.
Fokusnya kini beralih sepenuhnya pada sosok nyata di depannya.
"Apa kau bahagia?" tanya Edgar lagi melihat wajah sumringah Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...