08. Permainan baru di mulai🔮

1.9K 55 4
                                    

Sekembalinya ke apartemen, Vania langsung memasak dengan rasa gugup yang menyerang, sebab Edgar saat ini tengah mengawasinya, seperti seorang juri yang mengamati kompetisi memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekembalinya ke apartemen, Vania langsung memasak dengan rasa gugup yang menyerang, sebab Edgar saat ini tengah mengawasinya, seperti seorang juri yang mengamati kompetisi memasak.

"Apa kau tidak kepanasan?" Tiba-tiba pertanyaan itu terdengar cukup dekat di telinga Vania.

"T-tidak, Tuan." Vania menjawab tanpa berani menoleh sedikit pun.

Edgar mencebikkan bibirnya dan memandang remeh ke arah Vania.

"Sudah terbiasa. Begitu?" tanya lelaki itu lagi, yang sudah bersandar di meja pantry.

Meja yang digunakan Vania untuk membakar ikan seperti permintaan Edgar.

Vania hanya mengangguk pelan saja sebagai jawaban. Pandangannya terus tertuju ke arah ikan yang sedang dibakar.

Berharap tidak lagi ada pertanyaan yang terlontar dari mulut si tuan majikan.

Edgar melangkah pergi. Vania pikir lelaki itu hendak pergi ke kamarnya, tetapi rupanya tidak.

Dia kembali duduk di kursi yang biasa dia duduki saat makan.

Vania kembali memfokuskan diri menyelesaikan aktivitasnya.

Setelah selesai membakar ikan, Vania meletakkannya di atas meja.

Dengan Edgar yang sudah pergi entah kemana. Untung saja mereka tinggal di apartemen, sehingga tidak perlu khawatir ada kucing yang menyelinap dan nyolong seperti di kampungnya.

Vania juga meletakkan sambal yang tidak pedas itu di samping ikan bakar, lengkap dengan nasi dan air putih di teko. Tak lupa pula menyediakan gelas di sana.

Vania celingukan mencari si tuan majikan yang masih tidak terlihat juga.

Gadis itu kemudian memutuskan untuk menuju kamar Edgar, mengetuk pintu yang tertutup di hadapannya.

tuk, tuk, tuk!

Ketukan kedua kali, barulah terdengar langkah kaki dari dalam. Tak berselang lama, pintu itu terbuka.

"Ada apa?" sergah si tuan majikan dengan nada angkuh. Membuat Vania seketika menelan salivanya.

"M-makanannya sudah siap, Tuan," ujar Vania menjawab sambil menunduk.

Dia beringsut mundur, memberi jalan bagi tuannya.

Kini, Edgar sudah duduk di kursi singgasananya dengan menu ikan bakar beserta sambal yang rasanya lebih ke-manis di atas meja.

Dia sudah ngiler melihat makanan itu, tidak sabar untuk menyantap dan menikmatinya. Pasti sangat nikmat.

Mendengar kumandang adzan yang menggema membuat Vania beranjak pergi.

Masa haidnya telah selesai sejak kemarin. Dia tidak boleh menunda untuk menghadap Tuhannya.

"Cuih!" Kaki Vania terhenti ketika mendengar suara tepat saat dia baru saja melewati tuan Edgar.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang