"Nah, sekarang Nenek sudah bisa berdoa, minta apapun yang Nenek inginkan sama Allah. InsyaAllah, doa Nenek akan dikabulkan oleh Allah karena Allah adalah Dzat yang Maha Besar dan penuh kasih." Vania mengulas senyum, bicara dengan nada yang sangat lembut.
Akhlak Vania yang lembut seperti ini lah yang membuat nenek sadar dan ingin belajar salat sesuatu yang selama hidup tidak pernah dia lakukan.
Padahal Tuhan menciptakannya di dunia ini supaya dia menyembah Tuhannya.
Padahal sudah banyak sekali rahmat dari Tuhan, tak peduli apakah dia menyembah atau justru terlena dengan kenikmatan tersebut.
Allah SWT tetap memberinya kehidupan yang terbaik, dan kini ketika memasuki usia senja, nenek hanya bisa menyesali kebodohannya selama ini.
Melihat Vania yang begitu taat membuat nenek merasa malu.
Itu lah sebabnya nenek nekat meminta bimbingan tentang tata cara pelaksanaan salat pada Vania.
Nenek menunduk dan mulai mengangkat kedua tangan, menengadah seraya melangitkan harapan-harapannya kepada Allah SWT.
Rasa sesal yang mengganjal dalam benak membuat tetesan air mata nenek luruh tanpa komando.
Bibirnya yang dipenuhi kerutan penuaan tiada henti berkomat-kamit mengucap doa-doa, bersamaan dengan itu, air matanya terus mengalir.
Vania sendiri hanya menatap nenek dari jarak yang tak terlalu jauh.
Sengaja membiarkan nenek menangis dan larut dalam doa-doa yang dia panjatkan.
Ketenangan lantas hadir melihat pemandangan menyejukkan mata tersebut.
Vania merasa senang dapat membagikan setitik ilmu yang dia miliki pada orang lain.
Semoga saja tindakannya tersebut dinilai sebagai ibadah dan mengandung keberkahan.
Sementara itu, di depan kamar nenek yang terbuka, sesosok lelaki tengah berdiri tegap sambil memperhatikan sesuatu yang terjadi di dalam sana.
Dia mengamati dengan serius. Rasa penasaran terasa menggebu-gebu.
Ingin sekali dia mendekat, tetapi egonya berkata sebaliknya. Alhasil, dia hanya mengintip seperti seorang penguntit.
"Kenapa aku merasa tertarik ketika dia bersama dengan nenek?" gumam-gumam terdengar lolos dari bibir lelaki yang tak lain adalah Edgar.
Dia memegangi dagunya dengan tatapan yang terus tertuju pada dua objek di depan sana.
Edgar menukikkan alisnya penuh tanya ketika mendapati nenek meraih tangan Vania, di genggam dengan erat.
"Apa yang nenek katakan, kenapa nenek memegang tangannya segala?" Edgar masih bertanya-tanya sendiri.
Suara nenek jelas tidak dapat menembus gendang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...