"Oh, pernikahan mereka dibatalkan sama ning Putri, Van. Gosip yang Paman dengar sih katanya ning Putri mencintai laki-laki lain."
"Astagfirullah, Paman... katanya gak boleh ghibah," kelakar Vania membuat sang paman lantas tersadar, lalu detik berikutnya terdengar tawa ringan keduanya.
"Paman jawab sesuai sama pertanyaan kamu loh, Van." Paman membela diri.
Vania tidak tahu dia harus senang atau sedih. Fardan adalah lelaki yang Vania kagumi.
Tapi entah kenapa saat lelaki itu datang bermaksud melamarnya, Vania justru merasa tidak terlalu senang.
"Jadi gimana, Van? Apa jawaban kamu?" tanya paman kembali membahas masalah utama.
Vania sontak terdiam, entah lah jawaban apa yang harus dia katakan dengan kondisi hati yang sebimbang ini.
Di satu sisi, Vania merasa belum siap menikah dalam waktu dekat.
Tetapi di sisi lain, jika harus menolak niat baik Fardan, rasa-rasanya dia juga tidak rela.
Bagaimana tidak, gadis itu telah lama bersabar dalam penantian atas balasan cinta dari Fardan.
Dan ketika Allah SWT mengabulkan keinginannya, keadaan justru tidak mendukung.
"Vania kan baru kerja, belum ada satu bulan juga. Kalau mas Fardan ngajak nikah cepat, kayaknya Vania gak bisa deh, Paman. Suruh mas Fardan cari yang lain saja, Paman." Vania sudah berusaha sebisa mungkin menyembunyikan perasaan sedih atas keputusannya ini.
Akan tetapi paman tetap bisa mencium kesedihan dalam nada bicara Vania.
"Vania, jangan bohongi diri sendiri. Paman tahu gimana perasaan kamu sama Fardan selama ini. Nikahlah, Nak, Paman akan merasa sangat bahagia kalau kamu bisa menikah sama laki-laki saleh seperti Fardan."
Mendengar itu, Vania menggigit pipi bagian dalamnya. "Izinkan Vania bantu Paman untuk pengobatan raka. Kalau mas Fardan mau nunggu, biarkan dia nunggu selama 2 tahun, sampai Vania berhenti bekerja."
Seketika paman merasa tersentuh mendengar niat baik keponakannya itu.
"Masyaallah, makasih untuk niat mulia kamu, Nak. Tapi Paman sama sekali gak mengharap kamu buat bantu Paman, Paman masih kuat kok cari biaya sendiri. Pikirkan kebahagiaan kamu juga, Van."
"Iya, Paman, bisa bantuin Paman juga salah satu kebahagiaan buat Vania, Paman. Jadi tolong sampaikan jawaban Vania tadi ke mas Fardan ya," pinta Vania dengan sungguh.
Paman pun lantas menuruti permintaan keponakannya tersebut.
Panggilan pun diakhiri oleh Vania yang memang saat ini sedang dalam waktu bekerja.
.oOo.
"Subhanallah, memang firasatku gak pernah salah."
Vania baru saja menyelesaikan salatnya ketika suara nenek terdengar. Dia pun menoleh pada sumber suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...