63. Tapi-

920 38 2
                                    

Edgar tak bosan-bosan memperhatikan Vania yang sedang mengganti perban di kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Edgar tak bosan-bosan memperhatikan Vania yang sedang mengganti perban di kakinya.

Tanpa sadar lelaki itu menarik sudut bibirnya, bertepatan dengan Vania yang mendongak menatapnya.

Keduanya tampak saling mengerjap dengan perasaan gugup yang seketika hadir.

Bola mata Vania yang jernih seakan menghipnotis Edgar untuk melakukan sesuatu.

Benar saja, lelaki itu tidak sadar jika tangan kekarnya sudah terjulur menangkup pipi gadis di depannya yang tampak semakin salah tingkah.

Sentuhan itu hanya berlangsung dalam hitungan detik saja, sebab Edgar disadarkan oleh Vania yang bergerak menjauhkan kepalanya.

Gadis itu tampak mencoba mengusir kepanikan yang mendera dengan menundukkan kepala dan merapikan perban di kaki Edgar.

"S-sudah, 'kan?" cetus lelaki itu.

"Hmmm." Vania menyahut, lantas beranjak berdiri.

"Aku siapkan sarapan dulu." Gadis itu hendak pergi, sudah berbalik dan berjalan beberapa langkah, tetapi dicegah oleh Edgar.

"Gak usah, Vania, aku sudah makan di rumah pak kades," kata Edgar.

Lelaki itu bangkit dan berjalan ke arah Vania.

"Oh iya, paman di mana?" tanya Edgar.

Vania diam sesaat sebelum akhirnya menjawab.

"Paman pergi ke rumah mas Fardan untuk membicarakan sesuatu.” Alis Edgar sontak terangkat, tanda tanya seketika memenuhi wajahnya.

"Sebenarnya siapa Fardan? Apa dia pacarmu?" tanya lelaki itu. Dia sungguh merasa bingung.

Karena yang dia tahu Vania adalah gadis yang polos, dia sangat menjaga dirinya, lalu bagaimana mungkin dia memiliki kekasih.

Apakah itu tidak menentang keyakinannya?

"Dia... dia calon tunanganku, dan paman datang ke sana untuk membatalkan rencana pertunangan kami," ungkap Vania dengan ragu.

"Kenapa begitu?" tanya Edgar dengan bodohnya. Tidak sadar kalau pertunangan Vania dibatalkan karena ulahnya.

"Kenapa?" tukas Vania balik bertanya. "Kamu masih tanya kenapa, Mas? Itu karena kamu. Karena kamu memaksa aku menikah denganmu, rencana pertunanganku dengan mas Fardan harus dibatalkan!" tandas Vania dengan napas bergemuruh.

Jujur saja Vania ingin sekali melampiaskan kemarahannya, memaki lelaki di hadapannya sejak mereka resmi menikah.

Dan sekarang, mengingat perlakuan lelaki itu dulu membuatnya geram dan tak bisa menahan emosi.

Yang menambah emosi adalah karena pertanyaan dari lelaki itu.

Vania sungguh tak habis pikir, bagaimana bisa Edgar tidak sadar dengan kejahatan yang dia lakukan.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang