Vania mengusir kebingungan dalam dirinya akibat sikap aneh Edgar beberapa saat lalu.
Tidak terlalu menganggap perkataannya penting sepertinya lebih baik agar tidak menjadi beban karena harus bertanya-tanya yang tak kunjung mendapat jawaban.
Gadis itu memilih untuk pergi ke dapur, berinisiatif membuatkan sang suami kopi hangat.
Vania ingat ketika Edgar terlihat sangat menikmati kopi yang dia buat dulu saat masih bekerja.
Hari ini, Vania ingin lagi melihat lelaki itu menikmati kopi hangat yang dia buatkan.
"Alah, paling juga kalau anaknya udah lahir si Nara langsung dicerein sama tuan Edgar. Percaya deh apa kataku."
Vania sontak menghentikan langkah ketika mendengar kalimat yang seketika terasa menusuk-nusuk jantungnya itu.
Dia tidak menyangka jika dirinya masih menjadi topik menarik dalam perbincangan para pelayan di rumah ini.
Dia berpikir begitu bukan karena merasa sombong karena sudah menjadi nyonya rumah, tetapi karena memang sejak sah menjadi istri Edgar, Vania tidak pernah lagi mendengar ada yang membicarakannya, apalagi soal keburukan.
"Sssttt, jaga omongan kamu, Rila, Kalau kepala pelayan tau bisa-bisa kena masalah besar kita. Kalau cuma kamu sih aku bodo amat, tapi kalau aku keseret-seret ya jelas aku gak mau." Dini, pelayan lain yang berdiri di sebelah Rila mencoba mengingatkan, tetapi Rila malah mencebikkan bibirnya seakan tidak mengindahkan peringatan Dini.
"Ck, kamu itu terlalu khawatir. Lagian aku juga bicara fakta. Tuan Edgar nikahin si Vania itu karena kecelakaan. Coba kalau enggak, pasti tuan Edgar pilih kawin lari sama pacar tercintanya," ucap Rila lagi yang tidak digubris oleh Dini.
Dini tidak lagi menanggapi, dia kembali fokus pada pekerjaannya yang belum selesai.
Ketika tak sengaja menoleh, Dini terkejut bukan main saat mendapati Vania berdiri mematung di ambang pintu.
Wanita itu melotot lebar sekali hingga kesulitan bicara. Saat Vania menguatkan dirinya melangkah ke arah mereka, barulah suara kakinya menarik perhatian Rila.
Tidak berbeda dengan Dini, Rila juga kaget. Bahkan sampai terlonjak saking kagetnya, lantas mengedarkan netranya melirik ke arah Dini yang tampak pucat.
"No-nona mau apa, biar aku bantu." Rupanya Wati lebih cepat menguasai diri ketimbang Dini yang masih menegang.
Dengan sikap sok ramah, Rila mendekati Vania dan menawarkan dirinya untuk memberi bantuan.
Namun, tentu saja tawaran itu ditolak oleh Vania.
"Sudah, aku cuma mau bikin kopi saja kok." Meski hati masih terasa pedih, tetapi Vania tetap berusaha memamerkan senyuman semanis mungkin.
"Kalau gitu biar aku yang buat ya, Nona, nanti tinggal Nona yang bawakan pada tuan Edgar," ucap Rila lagi tak menyerah. Dan Vania tetap pada pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...