Semua anggota keluarga. tampak berdiri memandang dua lemari yang masih berdiri di ruang depan, karena tidak muat disimpan di dalam kamar.
Lemari tersebut adalah milik Raka dan juga bibi.
"Bapak, ngapain pusing-pusing sih. Lemari ini taruh aja di kamar, lemari kita yang dulu dirongsokin aja. Kan udah jelek juga." Raka tiba-tiba memberikan ide yang membuat Edgar berwajah ceria. Bagaikan mendapat secerca harapan.
Melihat raut wajah ayahnya yang tampak menunjukkan ketidaksetujuan, bocah laki-laki itu kembali berbicara.
"Ya kalau Bapak gak mau, biar Raka aja yang buang lemari lama punya Raka. Lumayan kan, dikasih rezeki lewat kak Edgar kok nolak. Bapak sendiri yang bilang kalau ada rezeki yang datang gak baik ditolak."
Edgar full senyum mendengar perkataan bocah laki-laki itu.
"Benar sekali kata Raka, Paman. Dari pada bingung mau ditaruh mana, mending ganti saja lemari lama kalian. Lagi pula ini sedikit lebih besar dari lemari lama kalian." Edgar ikut bersuara. Membuat paman terbeliak dan mendengkus pelan.
Paman diam tak menjawab, jika dilihat dari ekspresi wajahnya, sepertinya paman sedang memikirkan usulan dua bocah laki-laki yang berbeda usia itu.
Akhirnya, setelah beberapa saat diam, paman masuk ke dalam kamarnya yang langsung diikuti oleh sang istri.
Pria itu memeriksa kondisi lemari yang ada di kamar itu.
Memang sudah sangat usang mengingat usianya yang lebih tua dari usia Vania.
Setelah penuh pertimbangan, paman pun pada akhirnya setuju dengan usulan Raka dan Edgar.
Pria itu akan membuang lemari yang sudah usang dan membawanya ke tukang rongsok.
Paman keluar dan memanggil Edgar.
“Gar, ayo bantu Paman gotong lemarinya keluar."
Dengan semangat penuh Edgar pun segera melesat ke dalam kamar paman.
Dua pria itu termehek-mehek membawa keluar lemari yang isinya sudah dikeluarkan oleh bibi dan Vania.
Tidak hanya sampai di situ, mereka juga masih harus memasukkan lemari baru ke dalam dua kamar yang berbeda.
Mereka harus melakukannya sendiri, sebab orang suruhan Edgar sebelumnya sudah diminta pergi olehnya.
Alhasil, dia sendiri yang kepayahan.
.oOo.
Sore hari, tepatnya pukul 16.30. Paman pulang dari ladang yang tak jauh dari rumah, hanya beberapa meter saja dari kediamannya.
Belum saja menginjakkan kaki pada bangunan tua itu, paman sudah berseru memanggil-manggil nama Vania.
“Vania! Vania, di mana kamu, Nak?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Fiksi Remaja→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...