Tepatnya, Vania sudah melewati waktu selama seminggu kerja bagai kuda pada tuan majikan Edgar.
Selama seminggu terakhir, Vania merasa seperti bekerja rodi pada masa penjajahan.
Ada saja pekerjaan yang diberikan oleh Edgar.
Mulai dari membuatkannya makan siang, ditambah harus mengantarkan ke kantornya dengan mengendarai sepeda.
Meski melihat Vania yang ngos-ngosan, lelaki itu sama sekali tidak berinisiatif membelikan Vania es boba.
Atau paling tidak, memberinya uang saja agar Vania membeli sendiri.
Yang ada, si tuan majikan malah menyuruh-nyuruh Vania ini-itu yang menurutnya aneh.
Seperti memintanya mengambil sepatu dan jas di sebuah butik langganan milik kenalannya yang cukup jauh dari kantor.
Vania jadi berpikir, apakah Edgar tidak punya asisten pribadi yang dapat disuruh-suruh saat berada di kantor.
Jika memberi perintah pada Vania ketika di apartemen, Vania sangat memakluminya.
Sebab Vania memang bekerja sebagai ART di sana.
Tapi kenyataannya tidak, Edgar pun meminta Vania mengerjakan pekerjaan di luar apartemen.
Tidak hanya itu, Edgar bahkan pernah meminta Vania memasak ulang untuk makan malam dengan alasan tidak cocok dengan menu yang disiapkan Vania.
Sehingga, mau tidak mau, Vania pun harus kembali ke apartemen menjalani lembur yang tidak mendapatkan bayaran lebih.
Jangankan bayaran, lelaki itu bahkan tega membiarkan Vania pulang ke kosan dengan kelaparan tanpa membawakannya makanan sedikitpun.
Alhasil, karena uang di dompetnya hanya tinggal lima ribu, Vania pun hanya membeli mie instan sebagai pengganjal perut di larut malam.
Dan masih banyak lagi pekerjaan yang diberikan oleh Edgar padanya, sampai-sampai Vania tidak sanggup menyebutkannya satu per satu.
Pokoknya, lelaki itu seakan-akan mencari-cari pekerjaan dan tidak rela membiarkan Vania bernapas sejenak saja.
.OoO.
"Aaaaaaaaaaal!!!"
Pagi ini, tepat pada pukul 5 pagi, Vania berteriak kencang ketika berada di dalam kamar mandi mengalami insiden lampu yang tiba-tiba padam padahal dia belum menyelesaikan ritual mandinya.
Sambil menatap kegelapan, Vania meraba-raba tembok menuju pintu.
Sebelum tangannya benar-benar meraih handle pintu, gadis itu menyempatkan diri menggapai handuk yang tersampir di cantolan yang ada di belakang pintu.
Setelah mengenakan handuk, menutupi tubuh polosnya, Vania kembali meraba-raba beberapa centi di depannya hingga menyentuh sesuatu yang dicari.
Gadis itu segera menarik handle pintu dan terbukalah pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...