50. Edgar Sudah Bersiap

1.1K 41 2
                                    

Di sebuah ruangan di mana terdapat meja dan kursi dengan beberapa berkas penting, terdengar bunyi ponsel berdering

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan di mana terdapat meja dan kursi dengan beberapa berkas penting, terdengar bunyi ponsel berdering.

Si pemilik ruangan sedang berada di kamar mandi, sehingga ponsel itu berdering cukup panjang. Gemercik air membuat suara dering itu teredam tak terdengar.

Sampai pada akhirnya pemilik ruangan menyudahi aktivitasnya di toilet, baru lah lelaki itu dapat mendengarnya.

Dia segera keluar untuk mencari sumber suara.

"Ada apa, Ko?" tanyanya tepat sesaat setelah menjawab panggilan.

"Klien menunda meeting siang nanti, Pak, karena sedang berduka. Istrinya meninggal dunia akibat kecelakaan."

"Astaga," lirih Edgar sembari menutup mulutnya. Dia sungguh terkejut.

"Apakah kita tidak datang untuk berbelasungkawa, Pak?" tanya Ciko.

"Tentu saja kita harus datang."

"Baik, kalau begitu akan saya siapkan mobil dan keperluan lainnya."

"Hmmm.”

Panggilan pun diakhiri oleh Edgar. Belum saja meletakkan ponselnya, benda berbentuk persegi itu kembali mengeluarkan bunyi pertanda adanya panggilan.

Edgar mengerutkan dahinya saat melihat siapa si penelepon. Pasalnya yang tertera di layar ponsel itu adalah nomor asing.

"Siapa ini?" gumamnya.

Tak perlu berlama-lama, karena merasa penasaran, Edgar pun segera menjawab panggilan.

"Hallo, ini-"

"Assalamualaikum," sela si penelepon memotong ucapan Edgar.

"Ini dengan siapa ya?" tanya Edgar.

"Menjawab salam itu wajib hukumnya. Apa kamu gak tahu hal dasar seperti itu? Ck, ck," sahut si penelepon membuat Edgar menggertakkan giginya.

Siapa gerangan yang begitu kurang ajar terhadapnya. Bicara dengan pimpinan perusahaan dengan tidak sopan dan tanpa rasa segan.

"Maaf, dengan siapa aku bicara? Kalau tidak ada kepentingan, aku akan mengakhiri panggilan ini saj-" Perkataan Edgar kembali disela. Tentu saja lelaki itu kesal bukan main.

"Jawab dulu salamku." Si penelepon berkata tanpa rasa takut.

"Aku pamannya Vania. Kamu kenal gadis cantik bernama Vania, kan?" lanjut si paman.

Seketika Edgar membelalakkan matanya. Dia sungguh terkejut mendengar si penelepon menyebut nama Vania.

"Waalaikumsalam," ujar Edgar kemudian, dengan suara terbata akibat gugup setelah mengetahui kesalahannya. Dia baru saja bicara dengan paman Vania, tetapi sudah menciptakan kesan buruk saja.

"Aku menelfon karena ada kepentingan. Aku ingin tahu laki-laki seperti apa yang disukai keponakanku." Terdengar decihan dari bibir paman. "Ternyata laki-laki yang kurang beradap. Menjawab salam saja gak mau."

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang