78. Aku Mencintai Vania

808 56 8
                                    

Naomi benar-benar merasa bimbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naomi benar-benar merasa bimbang. Semua orang yang dia temui memberi nasehat untuk mencoba menerima Vania sebagai menantunya.

Mereka mudah mengatakan itu karena mereka tidak mengalami sendiri, punya menantu yang tak sesuai dengan kriteria idaman.

Tapi, jika dipikirkan dengan hati tenang, memangnya setelah membuat Vania pergi ada jaminan Edgar bakalan dapat istri yang sesuai dengan keinginan dan harapan Naomi? Tentu saja tidak.

Naomi menghembuskan napas panjangnya.

"Ya Ampun, repot sekali memikirkan gadis itu."

"Jalan, Pak." Naomi yang sedikit terbawa suasana hati pun berkata pada supir dengan nada tak ramah.

Pak supir pun langsung melajukan kendaraan roda empatnya membelah jalanan menuju rumah sang majikan.

Karena macet, mereka harus berada di perjalanan selama hampir 2 jam hingga tiba di rumah.

Naomi langsung keluar. Ketika sedang berjalan memasuki rumah besarnya, suara dering panggilan yang berasal dari dalam tasnya seketika membuatnya menghentikan langkah.

Sebuah panggilan yang berasal dari kontak bernama Renata.

"Ngapain perempuan ini telfon. Bukannya harusnya kita ketemu lusa?" gumam wanita itu sembari menatap penuh tanya layar ponselnya.

Sebenarnya malas sekali menjawab panggilan itu, tetapi di sisi lain dia juga penasaran kenapa perempuan itu menghubunginya dua hari sebelum perjanjian yang mereka sepakati.

"Hallo, ada apa?"

"Gak ada apa-apa sebenarnya, cuma mau ngingetin Tante saja. Tante gak lupa kan sama pembicaraan kita waktu itu?" sahut sosok di seberang telepon.

"Ohhh, tenang saja, aku pasti akan memberikan jawabannya lusa."

"Bagus. Tapi Tante juga harus ingat kalau Tante gak setuju, Tante pasti akan menyesal karena perempuan kampung itu bakalan terus numpang hidup sama Edgar dan keluarga Tante. Apa Tante mau? Bisa aja kan dia punya niat buruk menguasai harta keluarga Tante."

Kalimat yang panjang itu membuat Naomi tersentak sejenak. Dia menelan ludah dengan kasar.

"Kamu gak perlu ngajarin aku mana keputusan yang harus aku ambil, Ren. Aku juga tahu perempuan seperti apa kamu. Aku tahu mana yang terbaik buat keluarga ini," balas Naomi dengan geram.

Hal itu membuat Renata langsung terdiam membisu. Bibirnya terkatup rapat rapat.

"Lusa kita ketemu jam 9 pagi." Naomi kembali berucap, membuat Renata berdeham pertanda setuju.

"Jangan sampai telat datang karena aku gak suka dengan orang gak disiplin," tegas Naomi mengingatkan.

"Ck, baiklah, aku akan tepat waktu."

Usai mendengar ucapan itu, Naomi lantas mengakhiri panggilan.

Kemudian melenggang pergi menuju kamarnya.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang