06. Mencari Identitas 🔮

1.9K 55 3
                                    

Edgar melenggang pergi ke kamarnya, membuat Vania sontak mengembuskan napas lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Edgar melenggang pergi ke kamarnya, membuat Vania sontak mengembuskan napas lega.

"Nanti gak usah masak, aku ada urusan di luar."

"Astaghfirullah!" pekik Vania kembali berjingkat kaget mendengar suara Edgar yang tiba-tiba. Hampir saja dia menjatuhkan piring yang tengah dicucinya.

Vania segera menunduk saat mendapat tatapan tajam. "Ma-maaf, Tuan, s-saya-"

"Lain kali jangan melamun kalau sedang kerja." Edgar menyahut dengan sinis lalu melangkah menuju dispenser. Mengambil segelas air.

"B-baik, Tuan."

Dari balik cadarnya, Vania mengembuskan napasnya kala melihat Edgar melangkah pergi.

Dia kira lelaki itu akan pergi dari hadapannya, tetapi ternyata tidak. Lelaki itu justru menarik sebuah kursi yang biasa dia gunakan saat makan lalu mendudukinya.

Vania segera mengalihkan pandangan, kembali mencoba fokus pada pekerjaannya ketika si tuan majikan melayangkan tatapan tajam bak elang yang hendak menerkam mangsa.

Kenapa sih dia pulang sekarang. Bukannya seharusnya masih ada di kantor?

Vania menggerutu dalam hati sambil menggosok piring dengan spon.

Gerakan kursi yang terdorong membuat pergerakan Vania terhenti. Gadis itu melirik dari ekor matanya, sepertinya si tuan majikan benar-benar melenggang pergi.

Vania pun menoleh untuk memastikan. Dan ternyata kali ini dugaannya benar. Si tuan majikan pergi dari apartemen.

"Huft, alhamdulillah!" gumam Vania sambil menatap ke arah pintu apartemen yang baru tertutup.

.OoO.

"Ayang, aku mau yang itu juga. Boleh gak?"

Renata menunjuk sebuah tas yang terpajang di etalase sebuah toko. Saat ini wanita itu sedang belanja dengan ditemani kekasihnya Edgar. Sambil menggandeng lengan sang kekasih, Renata menatapnya penuh harap.

Dia yakin seribu persen kalau lelaki itu akan setuju dan menuruti permintaannya.

Benar saja. Edgar beralih menatap benda yang ditunjuk oleh Renata beberapa detik sebelum akhirnya dia memberikan anggukan persetujuan.

Gerakan kepala Edgar membuat Edgar girang. Senyum lebar pun menghiasi wajah cantiknya.

"Serius, Yang?" tanyanya memastikan.

Lagi-lagi Edgar mengangguk. " Ambil lah."

Dengan perasaan berbunga, Renata pun melangkah cepat memasuki toko. Dia meminta pada pramuniaga untuk memperlihatkan tas yang dia inginkan. Setelah dilihat dari dekat, Renata meminta pramuniaga itu untuk membungkus benda tersebut.

Melihat itu, Edgar berjalan menghampiri kekasihnya. Dia mengulurkan sebuah kartu pembayaran pada kasir setelah benda yang diinginkan selesai dibungkus.

"Ada lagi?" tanya Edgar ketika dia dan Renata baru saja keluar dari toko.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang