52. Hebat Sekali Kau

1.3K 50 4
                                    

"A-aku mau tidur," ucap Vania terbata-bata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-aku mau tidur," ucap Vania terbata-bata.

Ditatap secara intens dalam waktu yang cukup lama membuat Vania diserang kegugupan akut.

Dia sudah tidak tahu bagaimana bersikap dalam kondisi seperti ini.

Akhirnya dia pun terpaksa mengatakan kalau dia hendak tidur, berharap Edgar akan menyudahi aktivitasnya yang tak berfaedah itu.

Untuk apa coba memandangi Vania sedemikian intens.

Apakah dia sengaja mengetes Vania? Apa dia pikir akan mudah membuat Vania jatuh dalam pesonanya itu.

Yah, meskipun Vania akui Edgar memiliki wajah yang rupawan.

Tapi parasnya itu tak akan semudah itu membuat Vania jatuh hati.

Sikap baik Vania pun hanya sebagai tanda bahwa dia menghargai Edgar sebagai suami.

Kegugupannya setiap berinteraksi dengan Edgar juga bukan karena merasakan perasaan lebih, tetapi tepatnya karena Vania sebelumnya tak pernah berinteraksi sedekat itu dengan laki-laki manapun.

Ya, Edgar adalah laki-laki pertama bagi Vania.

Bisa dibilang gadis itu tidak memiliki pengalaman apapun dalam hubungan dengan lawan jenis kecuali saat bersama Edgar.

Kegugupan yang gadis itu rasakan pasti karena tidak terbiasa saja. Tidak mungkin karena cinta, bukan?

"Tidur lah. Apa aku pernah melarangmu untuk tidur?" Dan yang bikin kesal, Edgar justru membalas perkataan Vania dengan begitu santai.

ditambah lagi dengan tatapannya. Lelaki itu sedikitpun tidak beralih ke arah lain, masih saja menjadikan Vania pusat perhatian.

Kalau begini bagaimana Nara bisa tidur, Ya Allah.

"T-tapi aku gak bisa tidur kalau terus-terusan dilihatin," ungkap gadis itu membuat sudut bibir Edgar tertarik.

"Aku gak akan macam-macam. Tenanglah, kau aman bersamaku. Percayalah," sahut lelaki itu malah gencar menggoda.

Vania mendengkus pelan karenanya.

"Kita suami istri, tidur di ranjang yang sama. Bukankah aneh kalau kita tak pernah berinteraksi selama di ranjang yang sama?"

"M-maksudnya?" Vania terbelalak.

"Maksudku ngobrol," kekeh Edgar menjawab, menimbulkan kelegaan tersendiri bagi Vania.

Tapi kekehan lelaki itu memunculkan tanda tanya dalam hati Vania.

Apa maksudnya tertawa seperti itu?

“Vania, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujar Edgar membuat Vania balas menatapnya.

"Apa?"

"Orang tuamu." Melihat perubahan wajah Vania membuat Edgar ragu melanjutkan.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang