15. M-maksudmu?🔮

1.4K 40 7
                                    

Melangkahkan kaki dengan sangat perlahan, seolah-olah takut membangunkan seekor singa kelaparan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangkahkan kaki dengan sangat perlahan, seolah-olah takut membangunkan seekor singa kelaparan. Akhirnya langkah tersebut membawanya berdiri di belakang sang majikan yang saat ini tengah mengisi air di gelas dari dispenser.

"Astaga!"

Edgar berjingkat kaget saat berbalik ada sosok yang rupanya berdiri di belakangnya entah sejak kapan.

"Ada apa?" tanya lelaki itu lagi setelah membuang napas.

Sebuah pertanyaan yang mampu menghentikan detak jantung Vania. Dia menggigit bibir bawahnya, merasa ragu untuk mengungkapkan niatnya.

"T-tuan, aku-"

"Sudah berani menunjukkan wajahmu? Aku kira kau akan menutupnya sampai kiamat," sarkas Edgar tersenyum sinis.

Rasa bersalah tentang hari itu, juga statusnya yang hanya sebagai pembantu membuatnya memilih diam.

"Aku minta maaf atas semua yang terjadi, Tuan. Tolong... jangan pecat aku." Vania menyatukan kedua tangannya di depan dada, mengharap belas kasihan dari Edgar yang justru balas menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa baru sekarang?" cetus lelaki itu membuat Vania tercekat.

"Hah?" reflek Vania mengucap kata itu.

"Kenapa harus berpura-pura padahal ingatanmu tentang hari itu masih baik," tambah si tuan majikan. Kini Vania sudah tak berani mendongakkan kepala.

Gadis itu merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya.

"Hah." Helaan napas lolos dari bibir Edgar dengan kasar.

"Beraninya kau berbohong dan bersembunyi di balik kain itu selama ini."

"Maafkan aku, Tuan." Vania berucap dengan lirih.

Edgar memang sudah mengetahui perihal ini sebelumnya, tetapi dia ingin bermain-main dengan gadis di hadapannya ini yang tampak tak bisa berkutik, seolah-olah Edgar baru mengetahui kebenaran dari ART-nya ini.

Vania menggigit pipi bagian dalam saat permintaan maafnya tidak ditanggapi.

"Kau masih punya hutang. Apa kau ingat?"

Pertanyaan yang baru dilontarkan itu membuat Vania mendongak. Menatap tuannya dengan tatapan penuh kebingungan.

Vania mencoba memeras otaknya, memutar memori ingatannya mengenai kejadian hari itu.

Dia sontak membungkam mulut saat berhasil mengingat perihal hutang yang disinggung oleh sang majikan.

"Kapan kau akan menebusnya?"

"Hutangmu di hari itu," imbuh lelaki itu membuat Vania tercekat untuk kesekian kali.

.oOo.

"Ihhhh, dasar laki-laki aneh! Gak punya hati!"

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang