43. Dia Istriku

1.4K 46 2
                                    

Vania masih terdiam membatu di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vania masih terdiam membatu di tempatnya.

Sungguh tak bisa dipercaya kalau lelaki di hadapannya ini ingin belajar mengaji darinya.

"Ini memang sangat memalukan, tapi aku sungguh ingin belajar," ujar Edgar dengan wajah yang sedikit memerah.

Seketika Vania tersadar dari lamunannya. "T-tuan serius?” tanyanya masih dengan raut tak percaya.

Dan Edgar memberikan anggukan penuh keyakinan.

"Kamu mau, "kan, mengajariku? Aku sudah cari seorang guru, tapi belum ada yang bersedia," ungkap Edgar jujur.

Vania kembali menatap tak percaya sebelum akhirnya kepalanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Serius?" tanya Edgar antusias.

"Iya, Tuan, insyaallah aku akan mengajari Tuan sampai bisa," sahut gadis itu malu-malu.

Edgar tersenyum lebar mendengar jawaban dari Vania.

Namun, saat sadar akan panggilan yang gadis itu sematkan terhadapnya, ekspresi lelaki itu pun seketika berubah datar.

"Harus ku ingatkan berapa kali, Vania, jangan panggil aku seperti itu lagi. Apalagi di hadapan orang lain. Lebih baik biasakan saat kita hanya berdua saja.” Edgar kembali memprotes.

Vania terkesiap, lalu mengangguk samar. "M-maaf, Mas," cetusnya terbata.

Mas. Panggilan itu sudah sering sekali Vania sematkan pada laki-laki di kampung yang dia kenal, tetapi kenapa rasanya sangat aneh ketika gadis itu menyematkannya pada Edgar?

Apakah ini hanya soal terbiasa atau tidaknya.

Ya bisa saja. Sebab, Vania sudah terbiasa memanggil Edgar dengan sebutan tuan.

“Vania,” panggil Edgar tiba-tiba, yang sontak saja membuat Vania menoleh.

“Ya, M-mas?”

"Ehmm," deham Edgar dengan sengaja guna menetralkan perasaan gugupnya.

"Maafkan aku karena sudah memaksamu masuk dalam pernikahan yang gak kamu inginkan ini. Rasa dendam membuatku berpikir cetek, Vania, tapi sekarang aku menyadari kesalahanku. Gak seharusnya aku membalas kesalahpahamanmu dengan pernikahan palsu ini." Kini, kepala Edgar tertunduk dalam.

Lelaki itu terlihat sungguh-sungguh menyesal.

Vania menatapnya intens. "Pernikahan ini tetap sah dalam agama dan negara, M-mas. Setiap yang sudah terjadi dalam hidup manusia pastilah merupakan takdir Allah. Dan aku sudah menerima takdir yang digariskan padaku ini," ujar Vania dengan serius.

Edgar seketika terhenyak mendengar perkataan Vania. Begitu baik dan mulia hati gadis ini.

Setelah apa yang dilakukan oleh Edgar, gadis itu tetap bisa menerima dan bersikap sangat baik.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang