Vania dan Edgar masuk ke dalam rumah ketika mendengar adzan berkumandang.
Kedua insan itu berjalan bersama menaiki tangga, dengan Vania yang berada di belakang sang suami.
Ketika berada di ujung anak tangga, tiba-tiba Edgar menghentikan langkah dan berbalik.
"Kita salat bersama lagi?" tanya lelaki itu yang membuat Vania terkesiap. Detik berikutnya, Vania menganggukkan kepala.
"Boleh kalau Mas gak keberatan.”
"Justru aku menantikannya sejak tadi," balas Edgar dengan satu sudut bibir yang tanpa sadar tertarik ke atas.
Vania tak menyadari senyuman yang terlukis di wajah tampan itu, sebab dia lagi-lagi menundukkan kepalanya.
"Ayo kita ambil wudhu sebelum waktu habis," ucap Edgar melanjutkan langkahnya.
Vania terhenyak, menatap punggung Edgar beberapa saat sebelum akhirnya dia berjalan menyusul lelaki itu.
Seperti biasa, Vania mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam kamar.
Meski pintu tidak sepenuhnya tertutup, tetapi Vania tetap tidak berani untuk tiba-tiba masuk ke dalam tanpa izin dari pemilik kamar.
Mendengar ketukan pintu yang dilakukan oleh Vania membuat Edgar yang berada di dalam ruangan itu berdecak sebal.
"Ck, kenapa masih mengetuk pintu? Harus aku ingatkan berapa kali kalau kamar ini juga sudah menjadi milikmu, Vania? Kau gak perlu mengetuk pintu sebelum masuk, aku gak akan mempermasalahkan itu." Ketika berbicara dan berhadapan dengan Vania, Edgar melembutkan nada bicaranya.
"T-tapi, gimana kalau Mas sedang dalam kondisi gak siap untuk aku masuk dan melihat?"
"Gak masalah, karena aku adalah suamimu," jawab Edgar enteng, Vania seketika terdiam dan menelan salivanya dengan kasar.
"Sudah, lain kali aku gak mau lagi mendengar ketukan pintu darimu," peringat Edgar dengan tegas.
Mau tidak mau Vania menganggukkan kepalanya patuh.
Sesaat kemudian, kedua netranya beralih, menangkap lengan dan rambut Edgar yang tampak basah.
"M-mas sudah wudhu?" tanya gadis itu ragu-ragu, dia takut kalau pertanyaannya menyinggung perasaan Edgar.
Edgar mengangguk-angguk. Sudah," jawabnya kemudian.
"Masih inget caranya?" tanya Vania lagi terkesan khawatir. "Wudhunya harus bener loh, Mas, biar salatnya juga sah," imbuhnya mengingatkan.
Vania menatap Edgar yang seketika menaikkan alisnya tinggi.
"Sepertinya gak ada yang lupa, tapi aku jadi gak yakin," cetus lelaki itu.
"Pertama membasuh tangan, kumur-kumur, lalu wajah dan…" Edgar menyebutkan secara runtut cara berwudhu yang dia lakukan tadi, sesuai dengan apa masih dia ingat dari yang diajarkan Vania beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Fiksi Remaja→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...