38. Menarik Juga

1.2K 37 1
                                    

"Bagaimana hasilnya, apa mereka menerima tawaran kita?" Seorang laki-laki yang duduk di balik meja kerja dengan setumpuk berkas yang harus ditandatangani olehnya itu tampak bicara serius melalui ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana hasilnya, apa mereka menerima tawaran kita?" Seorang laki-laki yang duduk di balik meja kerja dengan setumpuk berkas yang harus ditandatangani olehnya itu tampak bicara serius melalui ponsel.

"Berhasil, Pak. Mereka setuju. Tapi, ada beberapa anak lain yang juga punya penyakit serius dan tidak mampu."

Lalu, apa masalahnya?

Laki-laki di balik meja itu mengerutkan dahinya tak mengerti di mana letak masalahnya. Bukankah itu persis seperti perintah darinya?

"Masalahnya, ternyata jumlah anak lain lebih banyak dari perkiraan, Pak," ujar suara laki-laki di balik telepon itu lagi berusaha menjelaskan.

"Gak masalah. Aku akan gunakan uang pribadiku untuk membiayai mereka," sahut laki-laki tadi dengan tenang.

Sebuah jawaban yang seketika membuat sosok di seberang sana ternganga dan melotot tak percaya.

Semudah itukah bosnya dalam mengambil keputusan sebesar ini?

"Setelah ini segera urus tiket dan lainnya yang mereka butuhkan.”

"Siap, Pak."

Panggilan pun diakhiri oleh si bos tanpa berpamitan.

Bos itu tampak menatap lurus dengan serius. "Aku pasti akan menebus kesalahanku, aku pasti akan menepati janjiku. Dan semoga kau bisa memaafkan aku," ujar laki-laki tadi lirih.

Di tempat lain, ada Vania yang sedang sibuk mengajari nenek melafalkan huruf hijaiyah sesuai dengan ilmu yang dia dapatkan dari paman dulu sekali.

Usia nenek yang sudah renta sangat wajar jika sering lupa dan kurang tepat dengan yang Vania ajarkan.

Sesekali suara tawa mengiringi kegiatan mereka itu.

Jika sebelum pernikahan menyedihkan ini terjadi, nyonya Naomi selalu saja hadir untuk ikut belajar meskipun itu atas dasar dorongan dan paksaan dari nenek.

Tapi setidaknya, nyonya Naomi tetap mau belajar.

Namun, sekarang nyonya itu sudah berubah drastis.

Tampak jelas sekali bahwa dia membenci Vania setiap kali mereka tak sengaja berpapasan.

Ditambah lagi sikapnya yang menjadi dingin itu pasti menciptakan suasana yang mencekam bagi Vania.

"Susah ya ngajarin Nenek?" Nenek tertawa renyah. Vania tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Dulu waktu aku pertama kali belajar juga rasanya susah banget, Nek," balas gadis itu mencoba membesarkan hati nenek.

"Nanti lama-kelamaan pasti bisa kok," lanjutnya kemudian.

Nenek mengangguk sekali, lalu kembali melihat pada iqro' yang terbuka di atas meja.

"Ini apa tadi?" tanya wanita renta itu.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang