69. Bolehkah Ku Menyentuh Rambutmu?

972 37 0
                                    

"Jadi Fardan ngasih kamu kado seperti ini?" tanya paman Wahyudi setelah mendudukkan Vania dan Edgar di depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi Fardan ngasih kamu kado seperti ini?" tanya paman Wahyudi setelah mendudukkan Vania dan Edgar di depan.

Vania mengangguk lemah, sedang Edgar memilih untuk menyimak saja.

Paman tampak menghela napas dalam-dalam, menatap lurus ke arah kardus pemberian Fardan.

"Kalau begitu Paman akan kembalikan besok pagi, supaya gak menimbulkan masalah untuk kalian,” Edgar mengangguk setuju dengan keputusan paman.

"Yang lalu biarkan berlalu, sekarang kamu sucah menikah dengan Edgar. Fokus pada kehidupanmu saat ini, jangan pikirkan orang di masa lalu, Ingat itu, Vania." Seolah dapat membaca pikiran Vania, paman memberikan nasehat yang begitu dalam.

Vania mengangguk perlahan dan Edgar menatap Vania dengan Intens. Dalam hatinya begitu berharap Vania akan bisa benar benar melupakan sosok Fardan.

Entah mengapa perasaan nyaman yang Edgar rasakan akhir-akhir ini membuatnya begitu egois terhadap Vania.

Dia hanya ingin gadis itu cukup menatapnya seorang, bukan orang lain.

Dia juga berharap Vania dapat merasa nyaman terhadapnya sama seperti yang dia rasakan.

Usai memutuskan satu pilihan, paman membawa pergi hadiah dari Fardan ke kamarnya. Meninggalkan Vania dan Edgar yang masih saling membisu.

Di tengah keheningan itu, Vania memainkan jemarinya sambil menundukkan kepala. Gadis itu merasa takut untuk memulai pembicaraan, apakah Edgar masih marah terhadapnya? Itulah yang ada di pikiran Vania saat ini.

Dan rupanya Edgar pun berpikiran hampir sama seperti gadis itu. Lelaki itu takut jika rasa sakit yang tercipta akibat nada bicaranya tadi masih membekas di hati gadis itu.

Edgar ingin sekali meminta maaf untuk yang kedua kali, tetapi rasa gengsi masih mendominasi dirinya. Sehingga pasutri muda itu pun saling diam selama beberapa menit.

"Loh, kalian gak tidur? Kok masih di sini?" Tiba-tiba bibi Rani datang dan memecah keheningan yang ada.

Wanita itu menatap kedua insan di hadapannya secara bergantian. Dia pun sedikit dapat mengerti apa yang sedang terjadi antara mereka.

"Bibi itu gak tau apa masalah kalian saat ini, tapi Bibi cuma mau mengingatkan. Apapun masalahnya, seringan apapun masalahnya, kalau gak ada salah satu yang menurunkan ego dan mengalah, maka gak akan menemukan jalan keluarnya. Selesaikan dengan baik-baik, kalian sudah sama-sama dewasa." Usai mengatakan itu, bibi Rani memutuskan untuk melenggang pergi.

Kepergian bi Rani membuat Edgar merasa tak tenang. Alhasil, lelaki itu pun memilih untuk mengalah dan memulai pembicaraan.

“Vania, apa kamu masih marah karena perkataanku tadi?" Kini Edgar telah berdiri di dekat Vania.

"Nggg, sungguh aku gak bermaksud menyakiti perasaanmu, Vania. A-aku cuma terbawa situasi saat melihat cincin dari laki-laki masa lalumu. Kalau itu membuatmu terluka aku minta maaf," imbuh Edgar ketika Vania tak juga merespon.

Gadis Bercadar Pembantu CEO TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang